Senin, 27 Oktober 2008

cara pandang yang salah terhadap RUU pornografi

Rangkaian kekeliruan cara pandang tersebut adalah:



1. RUU Pornografi ini bertentangan dengan hak asasi manusia karena masuk ke ranah moral pribadi yang seharusnya tidak diintervensi negara.

Argumen ini memiliki kelemahan karena isu pornografi bukanlah sekadar masalah moral. Di berbagai belahan dunia, perang terhadap pornografi dilancarkan karena masalah-masalah sosial yang ditimbulkannya. Pornografi diakui – bahkan oleh masyarakat akademik—sebagai hal yang berkorelasi dengan berbagai masalah sosial.

Kebebasan yang dinikmati para pembuat media pornografis adalah sesuatu yang baru berlangsung sekitar 30-40 tahun terakhir. Sebelumnya untuk waktu yang lama, masyarakat demokratis di berbagai belahan dunia memandang pornografi sebagai “anak haram” yang bukan hanya mengganggu etika kaum beradab tapi juga dipercaya membawa banyak masalah kemasyarakatan.

Saat ini pun, industri pornografi yang tumbuh pesat dalam beberapa dekade terakhir dipercaya mendorong perilaku seks bebas dan tidak sehat yang pada gilirannya menyumbang beragam persoalan kemasyarakatan: kehamilan remaja, penyebaran penyakit menular melalui seks, kekerasan seksual, keruntuhan nilai-nilai keluarga, aborsi, serta bahkan pedophilia dan pelecehan perempuan. Sebagian feminis bahkan menyebut pornogafi sebagai “kejahatan terhadap perempuan”.

Karena rangkaian masalah ini, plus pertimbangan agama, tak ada negara di dunia ini yang membebaskan penyebaran pornografi di wilayahnya. Bentuk pengaturannya memang tak harus dalam format UU Pornografi, namun dalam satu dan lain cara, negara-negara paling demokratis sekali pun mengatur soal pornografi.

Di sisi lain, argumen bahwa soal “moral” seharusnya tidak diatur negara juga memiliki kelemahan mendasar. Deklarasi Univeral Hak-hak Asas Manusia (ayat 29), misalnya, secara tegas menyatakan bahwa pembatasan terhadap kebebasan berekspresi dapat dilakukan atas dasar, antara lain, pertimbangan moral dalam masyarakat demokratis. Hal yang sama tertuang dalam amandemen Pasal 28J UUD 1945. Dengan begitu, kalaupun RUU ini menggunakan pendekatan moral pun sebenarnya tetap konstitusional.

2. RUU ini memiliki agenda penegakan syariah.

Tuduhan ini sulit diterima karena RUU ini jelas memberi pengakuan hukum terhadap sejumlah bentuk pornografi. RUU ini menyatakan bahwa yang dilarang sama sekali, hanyalah: adegan persenggamaan, ketelanjangan, masturbasi, alat vital dan kekerasan seksual. Pornografi yang tidak termasuk dalam lima kategori itu akan diatur oleh peraturan lebih lanjut.

Dengan kata lain, RUU ini sebenarnya justru mengikuti logika pengaturan distribusi pornografi yang diterapkan di banyak negara Barat. Mengingat ajaran Islam menolak semua bentuk pornografi, bila memang ada agenda Syariah, RUU ini seharusnya mengharamkan semua bentuk pornografi tanpa kecuali.

Dengan RUU ini, justru majalah pria dewasa seperti Popular, FHM, ME, Playboy (Indonesia) akan memperoleh kepastian hukum. Mereka diizinkan ada, tapi pendistribusiannya akan diatur melalui peraturan lebih lanjut.

Memang benar bahwa kelompok-kelompok yang pertama berinsiatif melahirkan RUU ini, sejak 1999, adalah kelompok-kelompok Islam. Begitu juga dalam prosesnya, dukungan terhadap RUU ini di dalam maupun di luar parlemen, lazimnya datang dari komunitas muslim. Dalam perkembangan terakhir, bahkan pembelahannya nampak jelas: Konnferensi Waligereja Indonesia dan Persatuan Gereja Indonesia meminta agar RUU tidak disahkan; Majelis Ulama Indonesia mendukung RUU.

Namun kalau dilihat isi RUU, agak sulit untuk menemukan nuansa syariah di dalamnya. Ini yang menyebabkan Hizbut Tahrir Indonesia secara terbuka mengeluarkan kritik terhadap RUU yang dianggap mereka sebagai membuka jalan bagi sebagian pornografi. Bagaimanapun, HTI juga secara terbuka menyatakan dukungan atas pengesahannya dengan alasan “lebih baik tetap ada aturan daripada tidak ada sama sekali”.

3. RUU ini merupakan bentuk kriminalisasi perempuan.

Tuduhan ini sering diulang-ulang sebagian feminis Indonesia. Tapi, sulit untuk menerima tuduhan ini mengingat justru yang berpotensi terkena ancaman pidana adalah kaum lelaki. RUU ini mengancam dengan keras mereka yang mendanai, membuat, menawarkan, menjual, menyebarkan dan memiliki pornografi. Mengingat industri pornografi adalah industri yang dibuat dan ditujukan kepada (terutama) pria, yang paling terancam tentu saja adalah kaum pria.

RUU ini memang juga mengancam para model yang terlibat dalam pembuatan pornografi. Namun ditambahkan di situ bahwa hanya mereka yang menjadi model dengan kesadaran sendiri yang akan dikenakan hukuman. Dengan begitu, RUU ini akan melindungi para perempuan yang misalnya menjadi “model” porno karena ditipu, dipaksa, atau yang gambarnya diambil melalui rekaman tersembunyi (hidden camera).

Para pejuang hak perempuan juga lazim berargumen bahwa RUU ini membahayakan kaum perempuan karena banyak model yang terjun ke dalam bisnis pornografi karena alasan keterhimpitan ekonomi. Sayangnya, kalau dilihat muatan pornografi yang berkembang di Indonesia, argumen itu nampak tidak berdasar. Para model pornografi itu tidak bisa disamakan dengan para pekerja seks komersial kelas bawah yang tertindas. Para model itu mengeruk keuntungan finansial yang besar dan sulit untuk membayangkan mereka melakukannya karena keterhimpitan dalam struktur gender yang timpang.

4. Definisi pornografi dalam RUU sangat tidak jelas.

Secara ringkas, definisi pornografi di dalam RUU ini adalah: "materi seksualitas melalui media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat”.

Para pengeritik RUU menganggap, definisi ini kabur karena penerapannya melibatkan tafsiran subjektiif mengenai apa yang dimaksudkan dengan “membangkitkan hasrat seksual” dan “melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat”. Karena kelemahan itu, para pengeritik menganggap RUU sebaiknya ditunda atau dibatalkan pengesahannya.

Kritik semacam ini tidak berdasar karena definisi soal pornografi yang lazim berlaku di seluruh dunia – kurang lebih – seperti yang dirumuskan dalam RUU itu. Ensiklopedi Encarta 2008, misalnya menulis pornografi adalah film, majalah, tulisan, fotografi dan materi lainnya yang eksplisit secara seksual dan bertujuan untuk membangkitkan hasrat seksual. English Learner’s Dictionary (1986-2008) mendefinisikan pornografi sebagai literatur, gambar film, dan sebagainya yang tidak sopan (indecent) secara seksual.

Di banyak negara, pengaturan soal pornografi memang lazim berada dalam wilayah multi-tafsir ini. Karena itu, pembatasan tentang pornografi bisa berbeda-beda dari tahun ke tahun dan di berbagai daerah dengan budaya berbeda. Sebagai contoh, pada tahun 1960an, akan sulit ditemukan film AS yang menampilkan adegan wanita bertelanjang dada, sementara pada abad 21 ini, bagian semacam itu lazim tersaji di filmfilm yang diperuntukkan pada penonton 17 tahun ke atas. Itu terjadi karena batasan “tidak pantas” memang terus berubah.

Soal ketidakpastian definisi ini juga sebenarnya lazim ditemukan di berbagai UU lain. Dalam KUHP saja misalnya, definisi tegas “mencemarkan nama baik” atau “melanggar kesusilaan” tidak ditemukan. Yang menentukan, pada akhirnya, adalah sidang pengadilan. Ini lazim berlaku dalam hukum mengingat ada kepercayaan pada kemampuan akal sehat manusia untuk mendefinisikannya sesuai dengan konteks ruang dan waktu.

5. RUU ini mengancam kebhinekaan

Cara pandang keliru ini nampaknya bisa terjadi karena salah baca. Dalam draft RUU yang dikeluarkan pada 2006, memang ada pasal-pasal yang dapat ditafsirkan sebagai tidak menghargai keberagaman budaya. Misalnya saja, aturan yang memerintahkan masyarakat untuk tidak mengenakan pakaian yang memperlihatkan bagian tubuh yang sensual seperti payudara, paha, pusar, baik secara keseluruhan ataupun sebagian.

Ini memang bermasalah karena itu mengkriminalkan berbagai cara berpakaian yang lazim di berbagai daerah. Tak usah di wilayah yang dihuni masyarakat non-muslim; di wilayah mayoritas muslim pun, seperti Jawa Barat, kebaya dengan dada rendah adalah lazim. Hanya saja, pasal-pasal itu seharusnya sudah tidak lagi menjadi masalah karena sudah dicoret dari RUU yang baru.

Begitu juga dengan kesenian tradisional yang lazim menampilkan gerak tubuh yang sensual, seperti jaipongan. Dalam RUU yang baru, tak ada satupun pasal yang menyebabkan kesenian semacam itu akan dilarang. RUU ini bahkan menambahkan klausul yang menyatakan bahwa pelarangan terhadap pornografi kelas berat (misalnya mengandung ketelanjangan) akan dianulir kalau itu memiliki nilai seni-budaya.

6. RUU ini akan mengatur cara berpakaian.

Sebagian pengeritik menakut-nakuti masyarakat bahwa bila RUU ini disahkan, perempuan tak boleh lagi mengenakan rok mini atau celana pendek di luar rumah. Ini peringatan yang menyesatkan. Tak satupun ada pasal dalam RUU ini yang berbicara soal cara berpakaian masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

7.RUU ini berpotensi mendorong lahirnya aksi-aksi anarkis masyarakat.

Para pengecam menuduh bahwa RUU ini akan membuka peluang bagi tindak anarkisme masyarakat, mengingat adanya pasal 21 yang berbunyi: “Masyarakat dapat berperan serta dalam melakukan pencegahan terhadap pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi.”

Tuduhan ini agak mencari-cari, karena dalam pasal berikutnya, RUU menyatakan bahwa “peran serta” masyarakat itu hanya terbatas pada: melaporkan pelanggaran UU, menggugat ke pengadilan, melakukan sosialisasi peraturan, dan melakukan pembinaan terhadap masyarakat.

Dengan kata lain, justru RUU ini memberi batasan yang tegas terhadap kelompok-kelompok yang senang main hakim sendiri bahwa dalam alam demokratis, peran serta itu tak boleh ditafsirkan semena-mena.

8. RUU ini tidak perlu karena sudah ada perangkat hukum yang lain untuk mengerem pornografi.

Para pengeritik lazim menganggap RUU ini sebagai tak diperlukan karena sudah ada KUHP yang bila ditegakkan akan bisa digunakan untuk mengatur pornografi.

Argumen ini lemah karena sejumlah hal. Pertama, KUHP melarang penyebaran hal-hal yang melanggar kesusilaan yang definisinya jauh lebih luas daripada pornografi. KUHP pun menyamaratakan semua bentuk pornografi. Selama sesuatu dianggap “melanggar kesusilaan”, benda itu menjadi barang haram yang harus dienyahkan dari Indonesia. Dengan demikian, KUHP justru tidak membedakan antara sebuah novel yang di dalamnya mengandung muatan seks beberapa halaman dengan film porno yang selama dua jam menghadirkan adegan seks. Dua-duanya dianggap melanggar KUHP.

RUU ini, sebaliknya, membedakan kedua ragam pornografi itu. Media yang menyajikan adegan pornografis kelas berat memang dilarang, tapi yang menyajikan muatan pornografis ringan akan diatur pendistribusiannya.

Lebih jauh lagi, sebagai produk di masa awal kemerdekaan, KUHP memang nampak ketinggalan jaman. Terhadap mereka yang membuat dan menyebarkan hal-hal yang melanggar kesusilaan, KUHP hanya memberi ancaman pidana penjara maksimal 18 bulan dan denda maksimal empat ribu lima ratus rupiah! KUHP juga tidak membedakan perlakuan terhadap pornografi biasa dan pornografi anak.

9. RUU Pornografi tidak perlu, yang diperlukan adalah mendidik masyarakat.

Para pengecam menganggap bahwa sebuah pornografi tidak diperlukan karena untuk mencegah efek negatif pornografi yang lebih penting adalah memperkuat kemampuan masyarakat untuk menolak dan menseleksi sendiri pornografi. Jadi yang diperlukan adalah pendidikan melek media dan bukan Undang-undang.

Argumen ini lemah karena bahkan para pendukung mekanisme pasar bebas pun, lazim mempercayai arti penting aturan. Bila pornografi memang dipercaya mengandung muatan yang negatif (misalnya mendorong perilaku seks bebas, melecehkan perempuan, mendorong kekerasan seks, dan sebagainya), maka negara lazim diberi kewenangan untuk melindungi masyarakat dengan antara lain mengeluarkan peraturan perundangan yang ketat.

Di Amerika Serikat, sebagai contoh sebuah negara yang demokratis, terdapat aturan yang ketat terhadap pornografi yang dianggap masuk dalam kategori cabul (obscene). Di sana pun, masyarakat tak diberi kewenangan untuk menentukan sendiri apakah mereka mau atau tidak mau menonton film cabul, karena begitu sebuah materi pornografis dianggap ‘cabul’, itu akan langsung dianggap melanggar hukum.

Pendidikan untuk meningkatkan daya kritis masyarakat tetap penting. Namun membayangkan itu akan cukup untuk mencegah efek negatif pornografi, sementara gencaran rangsangan pornografi berlangsung secara bebas di tengah masyarakat, mungkin adalah harapan berlebihan.

10. RUU ini mengancam para seniman.

Tuduhan bahwa RUU ini akan mengekang kebebasan para seniman juga mencerminkan kemiskinan informasi para pengecam tersebut. RUU ini justru memberi penghormatan khusus pada wilayah kesenian dan kebudayaan, dengan memasukkan pasal yang menyatakan bahwa pasal-pasal pelarangan pornografi akan dikecualikan pada karya-karya yang diangap memiliki nilai seni dan budaya
(kutipan)

Kamis, 04 September 2008

Bumi ruwa Jurai

KITA HANYA BERENCANA, ALLAH YANG MENENTUKAN

"Bila kemenangan adalah matahari
dan kekalahan adalah hujan,
kita butuh keduanya untuk melihat
pelangi didalam kehidupan"

(message from my friend)

Bila imam Husein yang tak diragukan lagi kesolehan dan kebenarannya, ditakdirkan Allah harus mati dan kalah di karbala.
Apalagi cuma Zul-Yanto (calon nomor 1, pilkada Lampung)
ya Allah, jika itu bisa membuatMu ridho kepada kami, amka terjadilah apa yang telah Kau tetapkan

allahumma ja'alna min ahilil ilmi wa tuqo

(Message 2 from my friend)

saya periksa inbox email, Tausiyah-tausiyah banyak berdatangan,, Humm..seputaran pilkada lampung. begitupun dengan sms, satu persatu masuk ke inbox hp saya.
walaupun saya sudah tidak "menjajahi" daerah lampung, tapi Alhamdulillah teman-teman, adik-adik tingkat selalu memberi kabar, apakah gerangan yang sedang terjadi disana..

Ya seperti pilkada lampung kali ini misalnya, walaupun saya sama sekali tak terlibat dan tak berkontribusi apapun, tapi isu-isu hangat, atau apa yang sedang di "gawein" sama kader-kader PKS disana sedikit banyak saya tahu.
Ini biasanya karena kebiasaan silaturahim dari teman-teman saya. Ketika mau apel siaga, atau kampanye atau apapun kadang-kadang adik tingkat saya, teman-teman, atau yang dulunya pernah saya bina "memohon doa"..atau sekadar bercerita apa yang hendak mereka perbuat hari ini, Subhanallah sampai detik ini saya memang masih merasakan manisnya ukhuwah at bumi ruwa jurai itu
hampir setahun saya tak berkunjung kesana, rasa-rasanya rindu akan suasananya begitu meledak-ledak, membuncah tapi.. apa daya...masih banyak hal yang perlu saya lakukan ketimbang hanya mengusir rindu, pada bumi ruwa jurai juga kampus tempatku ditempa.

Awalnya momen pilkada lampung ini pun saya berniat untuk kesana, tapi banyak hal yang menghalangi. Berbicara mengenai pilkada dan kekalahan, yah saya fikir kalah menang itu suatu keniscayaan. lagipula sesungguhnya siapa yang memimpin di lampung kedepan itu sebetulnya sudah ditulis sama Allah di dalam lauhl mahfudznya. Tapi tetap saja Allah menyuruh kita berlatih, berikhtiar. karena kita memang butuh ini sebagai pembelajaran

Allah yang berhak menilai apakah kita memang layak memimpin atau tidak, jadi Subhanallah... nikmatilah hasil akhir dari setiap usahamu, jika memang itu sudah optimal. apapun itu..
karena itulah sesungguhnya cita rasa dari sebuah perjuangan!
keep fight!
(dedikasi untuk ikhwah fillah di Bumi Lampung)
yakin, harapan itu masih ada!

Jumat, 29 Agustus 2008

bangkit negeriku, harapan itu masih ada!

Bangkitlah Negriku

Tatap tegaklah masa depan
Tersenyumlah tuk kehidupan
Dengan cinta dan sejuta asa
Bersama membangun Indonesia

Pegang teguhlah kebenaran
Buang jauh nafsu angkara
Berkorban dengan jiwa dan raga
Untuk tegaknya keadilan

Bangkitlah negeriku harapan itu masih ada
Berjuanglah bangsaku jalan itu masih terbentang

Bangkitlah negeriku harapan itu masih ada
Berjuanglah bangsaku jalan itu masih terbentang

Selama matahari bersinar
Selama kita terus berjuang
Selama kita satu berpadu
Jayalah negeriku jayalah!

--------------------------------------------
Sebetulnya Itu hanyalah salah satu lirik nasyid dari shoutul harokah..
Tapi lihatlah, resapilah liriknya, saya sendiri jika sedang begitu menghayatinya, saya begitu larut...
larut dalam semangat juang yang begitu mengelegak, hingga menitikan airmata

Kalau kata pepatah jepang "Ku Wa Raku No Tane"
kalau mau masih menyimpan harapan, tentu! tentu harus bersusah susah dahulu,
sekarang ini saya fikir bangsa kita memang sedang harus bersusah susah dahulu
tapi kita harus tetap yakin bahwa harapan itu, harapan bahwa kita masih punya mimpi besar
menjadi bangsa yang kita idam-idamkan
pasti, pasti! masih ada
ya harapan itu pasti masih ada...

dan ditangan kitalah kawan!, ditangan kita, harapan yang sekarang merenda menjadi benang kusut itu kita wujudkan, kita urai benang kusut itu sesuai kemampuan apa yang kita miliki, dengan segenap fikiran, tenaga, dan sebisanya kita..
saya yakin harapan itu pasti masih ada!
bangkitlah negeriku,
Harapan itu pasti masih ada!

Kamis, 28 Agustus 2008

Berbuat Lebih Banyak!

"saya beruntung karena mampu mewujudkan lebih banyak mimpi saya ketimbang kebanyakan orang (George Soros)"
Kalimat itu memang keluar dari mulut seotang Yahudi nomor Wahid, sejatinya musuh kita yang harus kita perangi, tetapi lihatlah disini kandungan sebuah energi maknanya,
Pantas saja, bangsa yahudi selalu bisa lebih unggul, selalu bisa menang, karena mereka punya semangat itu, punya kecintaan yang maha dahsyat terhadap agamanya.( Terlepas dari itu menurut kita benar atau salah), atau kalo boleh jujur berpendapat. saya yakin apa yang mereka fahami adalah salah. Tetapi yang jelas mereka yang berasal dari bangsa kera saja punya kecintaan yang maha dahsyat terhadap apa yang mereka yakini, sehingga menggelegarlah menjadi semangat yang membabi buta, menjadikan yang haram menjadi halal, menghalalkan segala cara untuk mewujudkan keinginannya.

Lebih jauh saya berkaca, ternyata memang setiap manusia yang meyakini kebenaran apa yang diyakininya. Itulah yang kemudian yang mendiaspora menjadi rentetan setiap bulir semangat. Terlepas dari salahnya pemaknaan, penempatan yang tidak seharusnya dan tujuan yang berbeda beda. Jadi, jika bangsa yahudi atau musuh-musuh islam saja yang entah karena motivasi apa, mereka begitu dengan bahu membahunya berbuat lebih banyak untuk bangsanya, apalagi kita sebagai manusia muslim, yang Allah pun sudah jelas menggariskan untuk apa kita hidup di dunia. Seyogyanya kontribusi, dedikasi amal kitalah yang senantiasa diharapkan dari tangan-tangan para manusia yang masih mau berbuat lebih banyak untuk ummat, dan tentu saja untuk Bangsa kita yang begitu kita cintai ini.

Malu rasnya kalau kita belum mampu berbuat banyak, tapi hanya sekedar menjadi kritikus tanpa solusi..
menurut saya, kita bisa memulainya dengan bermimpi,ya ..MIMPI BESAR UNTUK UMMAT!
tapi bukan sekedar mimpi di siang bolong tentu!, melainkan mimpi-mimpi besar kita, yang sama-sama kita jalin menjadi untaian indah sebuah harapan bangsa,menggelegak gelegak dan mendiaspora lagi menjadi kontribusi amal kita!

sebuah dedikasi nyata untuk umat, seperti yang salah satu "tokoh bangsa" kita bilang dalam salah satu kampanyenya. "Hidup adalah perbuatan", tetapi kalau kata saya hidup adalah dedikasi dan kontribusi!. karena kalau sekedar perbuatan, bisa saja perbuatan buruk atau baik, dan tidur pun adalah perbuatan,right?

hehe, maap ya pa?

sekali lagi, berbuatlah lebih banyak untuk ummat.semangat!

Selasa, 26 Agustus 2008

Ibuku matahariku

Saya tengok jam di Hp, 2: 36 AM . Masih panjang waktu untuk menunggu subuh. Alhamdulillah pagi ini saya bangun malam, sangat lebih awal. Biasanya jam segini saya baru memulai “munajat cinta” saya dengan Sang Khalik. Tapi berhubung hari ini saya agak susah untuk memejamkan mata, walhasil sedari malam tadi saya hanya bisa tidur sebentar lalu bangun, tidur, bangun, danbegitulah seterusnya, daripada kepala saya pening saya memutuskan untuk lebih awal berqiyamul lail saja.

Seharusnya waktu yang lumayan luang ini, saya bisa memanfaatkannya dengan menambah hafalan atau membaca baca buku, tapi kali ini saya enggan….Lagi agak kurang mood saja, menurut saya daripada ga ada yang nyangkut, mending tak usah. Lagipula saat ini saya masih tetap ingin menekuri sajadah, mereview kejadian-kejadian beberapa hari belakangan. Saya tengok keluar jendela, hujan semalam masih menyisakan bulir-bulir gerimisnya. InsyaAllah seperti kataNYa, di saat hujan adalah waktu yang utama untuk berdoa, terlebih ini sepertiga malam yang terakhir. Kali ini review hardisk otak saya berhenti pada kejadian beberapa hari belakangan pada sesosok wajah seseorang yang melahirkan saya,wanita tangguhku. Tak bisa saya tahan lagi, beberapa anak sungai mata saya memaksa untuk keluar, demi mengingat semuanya. Berawal dari suara dering telepon ibu beberapa hari yang lalu, Waktu itu ibu menanyakan, “kapan saya pulang?”. Ah...saat itu tak sempat saya tengok perasaannya, tapi sekonyong konyong saja saya jawab “belum sempat bu”, jadwalnya ga memungkinkan untuk saya pulang, waktu itu Ibu saya Cuma bisa “nerimo’, sampai sore tadi ketika ibu kembali menanyakan “kepulanganku”, saya masih belum menyentuh sudut hatinya..hingga ketika jawaban yang sama kugulirkan, orangtua mana yang tak murka, Ibuku meminta dengan sangatnya agar saya pulang, tapi saya masih sempat beralasan ini dan itu. . mungkin saya menyinggung hati ibu, akhirnya keluarlah kata-kata itu,, "sepertinya saya tak memikirkan orangtua" bla-bla bla..Deg!! Rasa-rasanya kalimat-kalimat yang keluar begitu lancarnya dari mulut ibu saya, saya yakin! itulah sejatinya perasaannya selama ini.

Gusti Allah, aku memohon ampun padaMu.

jelas saya begitu merasa bersalahnya. Padahal Jarak tempat saya biasa bernaung dengan rumah asli jika ditempuh dengan kendaraan, paling hanya sekitar 45 menit. Tapi mungkin saya memang “begitu jahatnya’ untuk sekedar pulang satu minggu sekali saja, saya tak sempat atau tepatnya mungkin “tak menyempatkan”. Wajar saja jika orangtua saya “protes” , hingga mungkin kemarin puncaknya...Ketika di rumah sedang repot-repotnya "merenovasi" dan ibu meminta saya meluangkan waktu untuk pulang, saya masih belum bisa menyempatkan untuk menengok rumah, padahal ini sudah minggu yang kedua.


bukan, bukan maksud hati tak memikirkan mereka(orangtuaku), tapi entahlah belakangan ini rasa-rasanya saya yang sedang tak bisa mengatur waktu. padahal dulu waktu saya jauh berada di seberang pulau, saya sering merengek rengek untuk sebulan sekali pulang.
Bagi saya ibu saya adalah matahari buat saya, pelindung sejatiku. ..............

(To be continue)

Guruku, muridku

Pagi ini saya memulai aktifitas dengan perasaan yang masih diliputi ketidaknyamanan atas kejadian kemarin siang disekolah. Tapi, toh saya sudah menyerahkan semuanya pada Allah, lagipula sedikit beban itu sudah sedikit menggelepar atas munajat ku dini hari tadi. Bismillah saja…, dan saya berusaha datang ke sekolah sepagi mungkin. Menghilangkan sedikit duka dengan mengumbar senyum ke anak-anak dan beberapa wali murid yang telah tiba lebih dahulu disekolah, Obat yang mujarab ternyata. Buktinya sekarang perasaanku sudah sedikit nyaman, Alhamdulillah…. Tapi ups,saya tengok di sudut luar kelas ada saah satu murid saya Gilang Rifky yang sedang tersedu-sedu, hummm pemandangan yang hampir tiap hari disuguhkan buat guru-guru kelas 1, tangisan anak-anak. (wah, pagi-pagi begini aku sudah harus berjuang fikirku). Bismillah ya Allah, beri hamba kekuatan…

Saya hampiri Gilang, saya berikan senyuman termanis(hehe) dan mendekapnya. Mencoba membujuknya untuk masuk ke kelas dan mengalihkan kesedihannya yang usut punya usut karena ditinggal “sang papah yang mengantar”. Sengaja saya berbicara ngalor ngidul demi mengalihkan kesedihannya. Dari menanyakan warna sepatu, kenapa ini dan itu. Alhamdulillah… tangisnya reda, dan mau masuk ke kelas. Terima kasih Rabb..

Sebetulnya hari ini saya tidak ada jadwal mengajar di SDIT, bahkan jam 10 nanti saya mengajar di Sekolah Tinggi Teknologi BAJA. Tapi saya fikir, dari jam 7 ini sampai kira-kira jam 9.30 nanti saya masih cukup waktu untuk menemani anak-anak kelas 1 Madinah. Jam pertama pun dimulai, anak-anak memulai pelajaran “Menulis Halus”, yang digawangi oleh Bu Neneng. Saya mencoba membantu Bu Neneng, mengkondisikan anak-anak yang di kelas 1 Madinah ini, rata rata susah sekali untuk belajar. Mereka memang bukan anak yang bodoh,saya yakin itu. Hanya perlu penanganan ekstra saja. Kebanyakan anak-anak ini, belum mau mebaca dan menulis, maka dari tugas saya adalah “bagaimana memantik” semangat mereka. Bukan pekerjaan yang mudah, tentu saja.

Saya pun sudah hafal dengan karakter masing-masing, sepeti Bimo, Miki, Azam,Kholis, dan beberapa lainnya yang sampai 10 menit pelajaran berlangsung pun, sekedar mengeluarkan buku saja tidak. Saya dekati satu persatu mengajaknya “bercanda”, dan mengeluarkan buku-buku mereka. Sekali lagi, bantu hamba ya Allah…

Entah kenapa, hari ini saya merasa begitu bahagianya, anak-anak itu sejatinya merekalah pendidik saya. saya mersa menag!, ya.. melihat senyum anak-anak dan gelak jenakanya sambil mengukir ngukir pensilnya diatas kertas itulah yang membuat saya merasa menang. Terasa hilang lenyap sudah tangis ku semalam, tersapu oleh terkekeh kekehnya Suara miki karena mendapat nilai 100, ikut hanyut rinai air mata ku semalam bersama sorak sorainya Bimo,Azam, dan”anak-anakku” yang lain. Bahkan saya sempat menciumi anak-anak itu (ups! Sedikit saja mereka tumbuh, jelas ini hal yang tak boleh saya lakukan^-^)

Pagi itu setelah merampungkan dhuha, saya berangkat mengajar ke kampus dgn hati terasa ringan, Alhamdulilah…

Jumat, 22 Agustus 2008

Dibuang Sayang

Kira-kira satu setengah tahun yang lalu saya disuruh asisten PR3 untuk mengikuti lomba penulisan essay JAL scholarships, Alhamdulilah... pada bulan maret saya berhasil menyelesaikan tulisan itu tentunya dengan editing my lecturer, Mr. wasinton. coz pada waktu itu info dari dikti penutupan lomba pada awal april, btw ketika saya mengirim tulisan ini ke pihak JAL ternyata infonya salah, lombanya sudah ditutup dari akhir februari. Sempet sedih banget.. terutama udah ngecewain Pak Ton dan Pak margono, t,api emang belum rezeki kali . yup... btw menurut saya tulisan ini (yang  ikut menemani   tulisan tulisan saya yang lain) sayang dibuang jadi mending taro di sini saja,  hehe

THE CHALLENGES FOR THE FUTURE

(Strengthening Mutual Respect and Acceptance in Globalization Era)

Without any doubt, globalization is continuing to become the future of the world. With the progress of globalization, the world is facing unpredicted challenges arising from different capacities of nations around the world to cope with various changes which are taking place very rapidly. It should be acknowledged that the main driving force of globalization is the very fast development of science and technology, which has changed the world into borderless countries in many aspects, yet, not all nations has the same capability to take advantages from this situation. Due to this gap, in reality, only few nations could be considered as technology inventors which cultivate a huge amount of economic profit, while the majority of the nations are positioned no more than as markets, forced to spend more and more of their limited financial resources for new inventions constantly feeding the world. This technological gap has resulted persistent, even wider, economic gap between rich and poor countries carries with it serious threats on the globalization changes. 

Advanced science of technology has been transformed into very sophisticated information technology, enabling the information from around the world to be packed and exchanged very easily, and could be accessed from any place. With the support of such advanced information technology, diversity of the world is revealed like never been before, changing the world into borderless countries. In one hand, this achievement could be constructive since it can be used encourage international community for providing immediate response to help any nation which is facing troubles. In addition, with the aid of advanced information technology, international relationship beyond official terms are developing to touch the level of common societies, enabling the societies to function as strengthening parties of international relationship. It should also be appreciated that advanced information technology has enable the people around the world to share information on the development of science and technology, thus promoting the access for helping the education in many countries. 

However, the globalization era also bears potential threats which require careful judgment by the international community. With the introduction of free market, the products of developed countries are pouring the markets around the world, not limited to the modern system, such as supermarkets, but reaching the traditional markets which previously exist as marketing centre for local or traditional products. On the other hand, more stringent health requirements implemented by many developed countries are frequently used to limit the products of developing countries in entering the developed countries. Such practices have been taken by many people of developing countries as unreasonable exploitation of poor countries by rich countries, resulted in social jealousy which might be transformed into destructive acts such as terrorism which has brought the world into persistent fear. Another concern that should be considered carefully is the very powerful role of economic strength in influencing, even determining, political practices in many countries. For this reason, in many cases, crucial economic dependency have been used by developed countries to influence and control the political practices in many less fortune countries, to ensure that the politics are going in accordance with their interest. Such practice might create the impression of being inferior among the people of developing countries, stirring the emergence of opposition and hostility toward developed countries. 

It is then very obvious that globalization era is the most challenging time the world is facing today, offering the world with good things as well as bad things at the same time. It is undeniable that globalization is widening the gap between the countries in many aspects. Without fair sharing of good things cultivated from globalization era, this trend could turn the world into wild situation, marked by uncontrolled exploitation of poor countries by rich countries. To prevent unwanted impacts of globalization era, it is then crucial for international communities to work together cohesively. For this purpose, strengthening mutual respect and acceptance is the best way, by which positive attitude toward globalization could be developed among international communities. Strengthening mutual respect is considered crucial in recognized the need to appreciate diversity of the world, in many aspects, particularly unique culture of every nation. Equally important, strengthening mutual acceptance is considered importance to develop tolerance among the people around the world, in order to minimize the thought of being inferior or superior which might disturb the harmony between the countries. 

In considering the on going development and challenges emerged from globalization era as described above, the student exchange program established by Japanese Airlines is highly respected. This is the opportunity for young people from different countries to share their real life experience and their thought as well as their ideas on how to bring the world into better tomorrow. In the context of building fair sharing of the world resources, this program will bring mutual respect and acceptance beyond the limit of official affairs down to the young people on whose hands the future of the world is truly laid.

May 16, 2007 

Kamis, 21 Agustus 2008

Abahku tersayang

Saya memandangi sesosok laki-laki yang sedang tertidur pulas itu haru,,,
Ah rambutnya sudah hampir memutih semua, gurat-gurat letih sudah semakin jelas terlihat, keriput tuanya juga sudah berdesak-desakan satu persatu mencoba keluar,, Tapi jujur saya katakan laki-laki itu masih tampak sangat gagah, setidaknya dimata saya, anak-anaknya dan yang pasti bagi ibuku.

Bagi saya, abah memang pahlawan gagah perkasa, maklum di rumah kami(yang dulu ketika kami anak-anaknya masih kecil-kecil, sangat ramai sekali. 8 orang nyawa atau kadang-kadang 9, beserta khadimah) hanya ada 2 orang laki-laki. Yang pertama Abahku, dan yang kedua adik bungsu kami.Jadi karena adikku masih sangat kecil, jelas abahkulah yang paling gagah,
Tapi Sekarang rumah kami, yang menurut saya tidak berukuran kecil, terasa sangat sepi... hampir semua anak-anaknya tidak tinggal di rumah, jadilah tinggal kedua orangtua kami. menikmati masa tuanya,,,

Saya kembali menekuri wajah abah yang sedang tertidur di ruang tivi, jarang-jarang saya punya kesempatan begini, ada keharuan yang menjalar...Ah,, sosok laki-laki itu, yang sampai sekarang ini pun masih bekerja sekuat tenaga demi membahagiakan keluarganya, saya begitu malu sebetulnya, di saat usia abah yang sudah hampir sepuh, saya belum mampu membahagiakannya, bahkan seringnya rasa kecewalah  yang saya hadiahkan untuk Abahku tersayang,,

Kebanyakan orang-orang di saat pensiun, menghabiskan waktunya untuk menikmati usia lanjutnya, tapi tidak demikian dengan "bapakku", setelah ia pensiun dari pekerjaannya, Abah malah masih sempat berbisnis, itu semua beliau lakukan karena memang saya masih punya adik yang mesti dibiayai kuliahnya, belum lagi tuntutan ini dan itu. Itulah yang membuat saya begitu malu, harusnya sayalah yang menanggung beban itu, ternyata saya pun kadang-kadang masih menjadi tanggungan,,

Abahku tersayang..
sosoknya memang tidak sejati sempurnanya seorang ayah, tapi ditangannyalah kami ank-anaknya  diajarkan kegigihan, kesabaran dan kebersahajaan, Ditangannyalah saya dituntunnya mengaji, belajar quran dari huruf-huruf hijaiyah sampai aku bisa hafal-menghafal surat surat pendek. ditanganyalah juga (beserta ibuku) saya belajar baca tulis, al hasil tanpa Tk pun ketika masuk SD saya sudah bisa hitung mengitung dan baca tulis( ah,,, ini bukan bermaksud ujub)

Abahku tersayang...
laki-laki sepuh itu, memang sudah saatnya menikmati masa "sepuhnya"
maafkan anakmu yang belum bisa memberi tetesan  bahagia untuk senyummu
Abahku tersayang ...
masih lekat di otakku, kenanganku semasa kecil dulu.. selalu ada hadiah juga senyum terkembang  untuk kami yang meraih juara. masih terekam jelas juga bagaimana kebiasaan saya sebelum tidur yang selalu meminta ditemani abah dahulu, untuk sekedar mengelus elus pungung, jika tanpa elusan tangan abah, rasa-rasanya saya tak bisa tidur..
Abahku tersayang...
dengan jalan apa, saya bisa menebus semua kesalahan itu?
Rabb... ampuni hamba yang selalu penuh khilaf, menyia nyiakannya...
Allahummaghfirli Dzunubi waliwalidaya warhamhumma kamaa Robbayani Shogiroo

Kamis, 24 Juli 2008

My dictionary @supercampuz

Biarkan angin pengetahuan menembus liar setiap bagian otakmu,
Menjadikan setiap neuronnya bertanya tentang ini dan itu
Mengungkungi rasa ingin tahumu tentang lautan ilmu yang begitu luas tak terjangkau
Menyingkap tabir setiap kebodohan yang menggila di akhir zaman
Karena kita adalah pembelajar sejati....

Selasa, 22 Juli 2008

it"s complicated

lho, ko jadi aneh?


it's was dizzy, ,,,equilibrum sama kebingungan yang tersendat-sendat....

(apa coba?)

lieur lah pokona mah.....pizz ^_^

Sabtu, 19 Juli 2008

surat cinta (part II)

Jika jiwa-jiwa telah dihamburkan, bertebaranlah di muka bumi

Dan menjadilah angin…..

Biarkan semilirnya menjadi penggerak kapal-kapal dilautan, menjadi penyejuk bagi gersangnya kehidupan

Menjadilah air….

Biarkan pusarannya menjadi pelepas dahaga bagi insan dunia, mengalir tanpa batas, mensucikan tiap noda

Menjadilah tanah….

Biarkan bulir-bulirnya menjadi tempat bernaung bagi manusia

Menjadilah pelangi

Yang tak pernah lelah bercerita tentang kehidupan,

Assalamu’alaikum wr.wb.

Adik-adik teteh yang InsyaAllah dicintai Allah,,,ada banyak rasa yang mungkin banyak terjalin selama kita berinteraksi, mungkin banyak khilaf dalam kata, sikap, yang InsyaAllah mudah-mudahan itu adalah ketaksengajaan, afwan minkum ya untuk semuanya,,, dan maaf juga, Belum banyak ilmu yang bisa teteh sampaikan.. dan jadikan yang sdikit itu terus berarti ya de’. Teruslah menggali ilmu yang dalamnya begitu tak terperi, karena ilmu kita tak ada apa-apanya, sangat sedikit malah ketimbang dunia ini yang begitu luas tak terjangkau, dan1 hal ada jenis banyak manusia di luar sana, (spesiesnya tetap manusia ko^_^) hanya saja beda kepala beda pemikiran, bukan? Tapi dekatkanlah diri kita dengan orang-orang berilmu karena

Jika hati kita tulus berada di dekat orang berilmu, kita akan disinari pancaran pencerahan, Karena seperti halnya kebodohan, kepintaran pun sesungguhnya demikian mudah menjalar”

Dan memang sejatinya, inilah hakikatnya kehidupan. Ada yang datang, kemudian pergi, datang, pergi…. begitulah dinamika kehidupan….

Tapi insyaAllah, yang harus kita sadari betul bahwa kita sama-sama sedang meniti jalan ke Syurga, kita adalah kumpulan persaudaraan cahaya dan api, air dan hujan, malam dan bintang, yang semuanya sama-sama bermuara untuk meraih RidhoNya. Mudah-mudahan (kita senantiasa berdoa) agar kelak kita reuni di Syurga ya? .Aamin Allahumma aamin……

Tetap berjuang, dimanapun kita berada, ingatlahAllah selalu dalam setiap kesulitan, dalam duka juga dalam suka. Teteh yakin, ke depan banyak sekali hal-hal menihil yang terkadang menyurutkan kita untuk tetap istiqomah dalam dakwah, tapi sekali lagi yakin Allah ma ana (Allah bersama kita). Kita dilahirkan bukan untuk menjadi “kita yang tak berarti untuk ummat”, tapi jadilah kita yang berarti bagi dien, Allah, juga bangsa ini. Walaupun itu cuma sebatas noktah. Aamin, tetap istiqomah ya ukhtiii….

Terakhir, humm… ada banyak cinta yang ingin terungkap, merekah-rekah,,, dan membuncah ingin terkatakan bahwa…. teteh mencintai kalian, I love you ukhtii coz Allah…, kalian adalah lapisan-lapisan pelangi terindah yang pernah diciptakan Allah. Tetap istiqomah, tetap istiqomah, berprestasilah, tebarkan tinta-tinta emasmu!

“Bermimpilah, maka berkaryalah! dan Allah akan mengalir, mendiaspora di setiap urat nadi mimpi-mimpimu.”

Serang, 4 Juli 2008

With Love

Teh Pipit

dedicate to my lovely sisters...., smunsa serang 08 (now @ UI, UGM, UNJ, UPI, dst)


Jumat, 18 Juli 2008

lagi bete ya Allah...., bantu hamba
hikz hikz hikz... T_T

Selasa, 08 Juli 2008

Menggemukan Kapasitas Aset Amal Siyasi Muslimah


Beberapa waktu yang lalu, saya pernah membaca artikel tentang “kecerdasan perempuan” kurang lebih isinya itu mengatakan bahwa pada dasrnya kecerdasan perempuan itu berada di bawah kecerdasan laki-laki. Ini sudah dibuktikan dengan riset secara genetikanya. Kalau saya cermati, mungkin ini agak berkorelasi juga dengan pernyataan bahwa laki-laki menggunakan 99% logika dan 1 % nya perasaan sedangkan perempuan menggunakan 99% perasaannya selebihnya logika. Itu sebabnya kenapa kaum hawa lebih mudah menggunakan air matanya ketimbang pemikirannnya.

Secara sadar, saya akui ini benar. Tetapi bukan berarti kebenaran ini tak terbantahkan. Karena memang faktanya, manusia itu hanya menggunakan beberapa persen saja tingkat kecerdasan otaknya (3-4%), terlebih lagi kita ketahui bersama bahwa banyak perempuan-perempuan yang menjadi sangat luar biasa di bidangnya masing-masing. Manjadi peneliti, diplomat, guru,politisi, dosen, dst. Ini tak lain karena kapasitas individu yang dimilikinya. Walaupun secara kodrati hukum islam strata perempuan memang di bawah kaum adam. Ini yang harus kita sadari bersama, biar tidak latah terjebak dengan isu-isu feminisme yang ngawur.

Maka dari itu, lebih jauh saya mengajak kaum muslimah untuk sadar diri sepenuhnya akan aset diri yang kita miliki, agar ke depan dimana saat ini, ketika kita sedang berjalan di mihwar siyasi, jaman yang serba keterbukaan, eranya partai. Peran-peran startegis kaum muslimah harus kita kelola betul. Karena muslimah punya aset itu, hanya saja bagaimana kita mengakapitalisasinya menjadi sebuah aset itu tergantung bagaimana individunya.

Memang, seberapa hebatnya seorang perempuan, di rumah perannya tetaplah seorang istri yang taat pada suami, ibu “terbaik” bagi anak-anaknya, teladan bagi seluruh penghuni rumahnya. Ini suatu konsep yang harus menjadi dasar pemikiran kita bersama, ini sudah harus menjadi mind set berfikir bahwasanya bagaimana seorang muslimah sukses di rumah tangga juga sukses dalam dakwahnya.

Karena1 hal yang teramat penting, dunia dakwah hari-hari ini menunggu peran nyata kaum Muslimah dalam mengurusi masalah mereka, dari masalah moral, pendidikan, sosial, kebudayaan, hingga masalah politik yang secara detail tidak bisa diurus, kecuali oleh kaum Muslimah sendiri. Ini yang kita sebut integrasi politik dan dakwah. Afiliasi kita, tentang konsep dasar dakwah, wawasan ke-ilmuan dan kecakapan, sejarah dakwah kaum Muslimah tempo dulu, hingga kajian persoalan kontemporer kaum perempuan. Semua ini menegaskan bahwa para daiyah Muslimah dituntut untuk segera terjun ke medan dakwah agar umat tidak semakin jauh dari agamanya. Namun sayangnya terkadang karena kesibukan seorang perempuan(muslimah) dalam aktifitas ”kerumahtanggan” membuat kita sanagat minim berkontribusi terhadap dakwah, itu sebabnya ada stigma di kalangan ikhwah, bahwa jika ada akhwat yang pemikirannya ”bagus” ketika belum menikah. Lantas ketika 10 tahun kemudian ketika sudah menikah diajak ngomong politik dengan suaminya, gak nyambung. Atau lebih parah lagi, akhwat2 yang sekarang belum mengurusi rumah tangga saja, ketika diajak berdiskusi memikirkan umat sudah ogah-ogahan, gimana nanti ketika sudah punya anak?. Astagfirullahaladzim....

Akhwat wa Ummahati fillah...

Kemampuan kita, tsaqofah kita, pemahaman kita dalam dakwah,dalam tarbiyah ini adalah hal yang utama ketika kita menapaki jalan dakwah ini, dan kemamapuan itu tidak akan pernah bisa berkembang kalau kita sendiri tidak berusaha memompanya sehingga menjadi gemuklah pemahaman kita, wawasan kita tidak meningkat. Kualitas ini diimbangi dengan apa-apa yang keluar dari mulut kita, karena ”makanan yang masuk” dengan apa-apa yang keluar dari mulut kita sangat berkorelasi. Harus kita fahami bersama bahwasanya jumlah massa kaum perempuan sangatlah lebih banyak ketimbang kaum adam. Pun demikian dengan dakwah kita, kuantitas akhwat kita sangat lebih banyak. Ketimbang kader ikhwan. Artinya basis penyokong dakwah kita yang utama secara kuantitas adalah muslimah, Seharusnya, ”idealnya” kuantitas yang banyak ini diimbangi dengan kualitas yang mumpuni. Terlebih sekarang ketika kita memasuki "era saat ini" Kita harus bisa mengakapitalisasi kita sebagai daiyah. menggemukan aset kita sebagai muslimah untuk pemenangan dakwah.

Jadi penempatan posisi kita dalam entitas dakwah amal siyasi adalah yang pertama, peningkatan tsaqofah dahulu. Banyak hal yang bisa dilakukan misalnya dengan banyak membaca, diskusi, mengikuti kajian2,up to date sama perkembangan berita dunia (melek dunia), dan tarbiyah (pendidikan) itulah inti utamanya. Sumber peningkatan tsaqofah kita yang utama adalah tarbiyah.. Kemudian yang kedua, tuntutan dakwahnya adalah ma’rifah medan dakwah, harus di mind set di frame berfikir kita, bahwa kerja kita adalah kerja besar, kita tidak diajarkan untuk menjadi sekedar penuntut, problem speaker tanpa pernah tahu apa yang harus diperbuat, So, jadilah problem solver terhadap permasalahan ummat, permasalahan dakwah dan negara.

Kemudian saya kerucutkan kembali mengenai peran muslimah di daerah masing-masing. di dalam negaranya. Islam adalah Dinun wa Daulah, agama dan Negara. Bagaimana kita menyatukan agama dan negara adalah dengan kita ikut berpartisipasi di dalamnya. Maka Jadilah bagian dari problem solver masalah Ummat itu Ukhtii...

Dan satu yang pasti ukhtii, kemampuan kita yang menentukan adalah kitanya sendiri, maka dari itu kita dituntut untuk meng up grade kemampuan siyasi kita tanpa keluar dari jalur-jalur syari yang manhaji. Allahu’alam Bisshowab..



Disampaikan di SDIT Ibadurrahman Ciruas Banten, 6 Juli 2008
(with editing)



Mendidik Anak Ala Rasulullah

Pakar-pakar pendidikan di Indonesia menilai bahwa salah satu sebab utama kegagalan pendidikan kita karena para pendidiknya yang gagal. Padahal, salah satu syarat mutlak untuk keberhasilan pendidikan adalah dipilihnya pendidik yang baik. Nah, Rasulullah adalah suri tauladan yang terbaik, karenanya mari kita berkaca dari sepercik cara mendidik anak ala beliau. Memang salah satu syarat mutlak untuk keberhasilan pendidikan adalah dipilihnya pendidik yang baik, yang sebelumnya perlu dididik

pula. Sebenarnya kalau melihat ke sejarah Nabi, problema ini baru terselesaikan karena Allah Swt. turun tangan.

Anak didik dibentuk oleh empat faktor. Pertama, ayah yang berperan utama dalam

membentuk kepribadian anak. Bahkan, dalam Al-Quran hampir semua ayat yang

berbicara tentang pendidikan anak, yang berperan adalah ayah. Kedua, yang membentuk kepribadiannya juga adalah ibu; ketiga, apa yang dibacanya (ilmu); dan keempat, lingkungan. Kalau ini baik, anak bisa baik, juga sebaliknya. Begitu pula baik-buruk kadar pendidikan kita.

Empat faktor ini belum tentu semuanya terwujud. Ketika Allah Swt. menetapkan bahwa

Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya, maka yang membentuk kepribadiannya adalah

Allah Swt. Sebab, bila diserahkan kepada masyarakat atau keluarga, maka ia tidak akan sempurna, bisa jadi keliru. Dalam hal ini, Tuhan yang melakukan, sedangkan masyarakat atau keluarga diberi peranan yang sangat sedikit. Itu sebabnya bila telah selesai peranan ayah, maka dia diambil-Nya meninggal dunia. Ini karena Tuhan tidak mau beliau dididik bapaknya. Begitu lahir dibawa ke desa dan ketika usia remaja baru ketemu ibunya. Namun, ibunya pun kemudian diambil-Nya. Dalam hal ini, Allah Swt. ingin mendidik langsung beliau untuk menjadi pendidik, yakni figur yang diteladani bagaimana seharusnya mendidik. Itu sebabnya beliau bersabda, Addabanî Rabbî fa Ahsana Ta'dîbi

("Yang mendidik saya itu adalah Tuhan"). Juga, Bu'itstu Mu'alliman ("Saya diutus-Nya menjadi pengajar, pendidik").

Kita ambil beberapa inti dari kisah hidup Rasulullah Saw.Beliau bersabda, "Bila ingin anak yang membawa namamu itu tumbuh berkembang dengan baik, maka pilih-pilihlah tempat kamu meletakkan spermamu, karena gen itu menurun". Jadi, sebelum anak lahir kita harus memilih hal yang baik, karena gen ini mempengaruhi keturunan. Pakar pendidikan mengakui bahwa ada faktor genetik dan pendidikan. Walaupun mereka berbeda pendapat yang mana lebih dominan, namun yang jelas keduanya punya pengaruh. Lalu, apa yang perlu diperankan orang tua sekarang? .

Pertama, satu hal yang perlu digarisbawahi, begitu seorang anak lahir, Islam mengajarkan untuk diadzankan. Walaupun anak itu belum mendengar dan melihat, tapi ini memiliki makna psiko-keagamaan pada pertumbuhan jiwanya. Anak yang baru beberapa hari lahir, kalau ia ketawa, anda jangan menduga bahwa ia ketawa karena atau dengan ibunya, tapi karena ia merasakan kehadiran seseorang. Para pakar mengatakan demikian, karena ada orang yang lahir buta tetap tersenyum saat ibu mendekatinya. Jadi, seorang bayi memiliki rasa pada saat mendengar adzan, juga memiliki jiwa yang bisa berhubungan dengan sekelilingnya. Karena itu, adzan menjadi kalimat pertama yang diucapkan kepadanya. Dan, karena saat membacakan adzan seorang muadzin berhubungan dengan Tuhan, maka inilah yang memberikan dampak bagi perkembangan anak ke depan.

Kedua, sampai umur tujuh hari, kelahiran anak perlu disyukuri ('aqiqah). Kalau begitu, jangan sampai terbetik dalam pikiran ibu/bapak merasa tidak mau atau tidak membutuhkannya, karena saat itu sang anak sudah punya perasaan dan harus disambut dengan penuh syukur ('aqiqah). Misal, ada orang yang mengharapkan anak laki-laki, namun kemudian lahir anak perempuan, akhirnya ia kecewa serta tidak menerima dan menyukurinya. Semestinya perlu disyukuri, baik laki-laki maupun perempuan.

Ketiga, setelah 'aqiqah, sang anak baru diberi nama yang terbaik karena dalam hadis disebutkan, "Di hari kemudian nanti orang-orang itu akan dipanggil dengan namanya". Dalam hadis lain dijelaskan, "Nama itu adalah doa dan nama itu bisa membawa

pada sifat anak kemudian". Jadi, jika anda memiliki anak pilihlah nama yang baik untuknya.

Nabi Saw. dipilihkan oleh Allah semua nama yang baik dan sesuai, karena ia adalah doa

bagi yang menyandangnya. Misal, Nabi memiliki ibu bernama Aminah (yang memberi rasa aman) dan ayahnya Abdullah (hamba Allah). Yang membantu

melahirkan Nabi namanya As-Syaffa (yang memberikan kesehatan dan

kesempurnaan). Yang menyusuinya adalah Halimah (perempuan yang lapang

dada), jadi Nabi dibesarkan oleh kelapangan dada. Anjuran untuk memilih nama

yang mengandung doa juga dimaksudkan agar jangan sampai menimbulkan rasa rendah

diri pada sang anak.

Keempat, hal yang paling pokok adalah mendidik anak bagi Nabi Saw. adalah menumbuhkembangkan kepribadian sang anak dengan memberikan kehormatan

kepadanya, sehingga beliau sangat menghormati anak-cucunya. Bila memang sejak kecil ia sudah memiliki perasaan, maka jangan sampai ada perlakuan yang menjadikannya merasa terhina. Allah merahmati seseorang yang membantu anaknya untuk berbakti kepada orang tuanya. Nabi Saw. pernah ditanya, "Bagaimana seseorang membantu anaknya supaya ia berbakti?", Nabi berkata: "Janganlah ia dibebani (hal) yang melebihi kemampuannya, memakinya, menakut-nakutinya, dan menghinanya".

Ada cerita yang sangat berharga yang pernah penulis baca tentang kehidupan rumah tangga Imam Syahid Hasan Al-Banna, beliau memiliki 6 orang anak dan Allah menakdirkan ke enam anaknya memiliki pribadi sukses juga berhasil di kehidupan duniawinya. Ternyata ketika mengintip cara mendidik yang diterapkan Hasan Al Banna beliau sangat menerapkan pola pengajaran yang diajarkan Rasulullah, hampir bisa dikatakan jarang sekali menghardik, memarahi anak, apalagi murka. Yang lebih dominan adalah menghargai si anak, memberi perhatian yang lebih, dan memberi energi positif, cinta yang tulus. Memarahi anak adaah dengan cara yang ahsan (baik) dan itupun untuk tujuan mendidik, juga seperti yang dicontohkan Rasulullah saw.

Ada sebuah riwayat, seorang anak lelaki digendong oleh Nabi dan anak itu pipis, lantas ibunya langsung merebut anaknya itu dengan kasar. Nabi kemudian bersabda, "Hai, bajuku ini bisa dibersihkan oleh air, tetapi hati seorang anak siapa yang bisa membersihkan". Riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi berkata "Jangan, biarkan ia kencing". Dari hal ini, muncul ketentuan, bila anak laki-laki kencing cukup dibasuh, sedangkan bila anak perempuan dicuci dengan sabun. Riwayat ini memberi pelajaran bahwa sikap kasar terhadap seorang anak dapat mempengaruhi jiwanya sampai kelak ia dewasa.

Namun di sisi lain, ada satu hal di mana Nabi sangat hati-hati dalam persoalan anak. Ketika Nabi lagi di masjid, ada orang yang kirim kurma, kemudian cucunya datang dan mengambil sebuah kurma lalu dimakannya. Nabi bertanya kepada ibunya, "Ini anak tadi mengambil kurma dari mana?" Sampai akhirnya, dipanggilnya Sayidina Hasan dan dicongkel kurma dari mulutnya. Ini maknanya apa? Nabi tidak mau anak cucunya itu memakan sesuatu yang haram, walaupun ia masih kecil dan tidak ada dosa baginya, karena itu akan memberikan pengaruh kepadanya kelak ia besar.


Berikut panduan / cara Rasulullah Mendidik Anak
I.Panduan dasar untuk orangtua dan pendidik.
”Banyak orang tidak menyadari kalau anak adalah salah satu pemimpin umat. Hanya karena masih tertutup dengan baju anak. Seandainya apa yang ada dibalik bajunya dibukakan kepada kita, niscaya kita akan melihat mereka layak disejajarkan dengan para pemimpin. Akan tetapi, sunnatullah menghendaki agar tabir itu disibak sedikit demi sedikit melalui pendidikan. Namun, tidak semua pendidikan berhasil kecuali dengan strategi matang dan berkelanjutan. ( Syaikh Muhammad Al Khidr Husein )
1.Keteladanan
Rasulullah bersabda “ Barangsiapa berkata kepada anaknya, ‘ kemarilah! ( nanti kuberi )’ kemudian tidak diberi maka ia adalah pembohong ” ( HR. Ahmad dari Abu Hurairah )
2.Memilih waktu yang tepat untuk menasehati.
Ada 3 pilihan waktu yang dicontohkan Rasul ; saat berjalan-jalan di atas kendaraan, waktu makan dan waktu anak sakit.
3.Bersikap adil dan tidak pilih kasih
4.Memenuhi hak-hak anak
5.Menghargai nasehat dan kebenaran meskipun dari anak kecil.
6.Mendo’akan anak.
7.Membelikan permainan
8.Membantu anak agar berbakti dan taat.
9.Tidak banyak mencela dan memaki.

II.Membangun dan membina Aqidah anak.
1.Mentalqinkan kalimat Tauhid pada anak.
2.Cinta kepada Allah, merasa diawasi dan beriman kepada Qodho’ & Qodar
3.Mencintai Rasulullah, keluarga dan sahabatnya.
4.Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak.
5.Mendidik keteguhan aqidahnya.

III.Membentuk intelektualitas pada anak
1.Menanamkan kecintaan mencari ilmu dan adabnya.
2.Membimbing anak untuk menghafal Al-Qur’an dan hadits.
3.Memilihkan anak, guru yang shalih.
4.Mendidik anak tera,pil bahasa asing.
5.Mengarahkan sesuai dengan bakat dan kecenderungannya.
6.Membuat perpustakaan di rumah.

Sifat-sifat Pendidik Sukses
a.Penyabar dan tidak pemarah
b.Lemah lembut dan menghindari kekerasan
c.Hatinya penuh dengan kasih sayang
d.Memilih yang termudah di antara dua perkara
e.Fleksibel
f.Tidak emosional
g.Bersikap moderat dan seimbang
h.Ada senjang waktu dalam memberi nasehat.

Maraji : Tahapan Mendidik Anak ( Jamal Abdur Rahman) .

Cinta di rumah Hasan Al-Banna (M. Lili Nur Aulia)

Mendidik anak cara Rasulullah, M. Quraish Shihab (http://www.psq.or.id)

Jumat, 04 Juli 2008

Bidadari syurga itu.....

“Mereka ingin menjemput bidadari-bidadari sebagai pendamping mereka, tapi sadarkah bahwa salah satu bidadari itu adalah dirimu….

Kepakan sayapmu dalam dakwah, jangan mengatup hingga kepakannya menyentuh taman syurga…..”

Keep Istiqomah my Sister!i love you coz Allah ukhti

Begitulah salah 1 isi pesan dari seorang sahabat saya ketika hari wisudaku, kurang lebih setahun yang lalu. Aku kembali menekuri pesan itu, karena kebetulan, aku sedang mentadaburi ayat Al-quran berkenaan dengan “si pemilik mata bening, bekulit kristal itu”

Jika membayangkan rupa fisiknya yang aduhai, hatinya yang lembut, senyum yang tulus merekah lebih manis dari gula-agula aren, siapapun pasti ingin berkumpul bersama mereka di kehidupan abadi kita kelak. Bagi kaum adam pasti berharap ingin memiliki salah 1 nya, dan bagi kaum hawa tentunya berharap menjadi salah satu bagian dari mereka. Ya, sama halnya dengan saya, spontan mulut dan hatiku mengamini pesan itu ketika membacanya, walaupun di sudut hatiku yang lain, aku tertunduk malu. Berharap pada hal yang paradoks, terkadang manusia memang sungguh naïf (khususnya saya) berharap bisa bersanding dengan mereka,

Bidadari-bidadari,

Yang kerling mata beningnya mengajakku ikut tertunduk, beristighfar atas khilafnya mata yang sering melihat yang bukan haknya.

Yang kulit putihnya bercahaya memancarkan pesona hakiki menuntunku agar senantiasa menjaga diri

Yang senyum tulusnya menggentarkan seluruh ummat mengajakku untuk selalu tulus beramal

Yang hatinya bersinar bak berlian putih tak ternoda mengisyaratkan hati&mulutku untuk selalu berdzikir padaMu

Duhai Allah…….

Pantaskah diri ini, berharap bisa berkumpul dengan mereka di JannahMu kelak?

Sungguh, sungguh malu rasanya memang,,, berharap pun aku tak pantas menjadi Bidadari SyurgaMu. Atas khilaf yang lagi dan lagi terulangi, atas amal yang mungkin jauh dari Ridhomu,

Illahi…..tuntun hamba, ingatkan selalu untuk senatiasa menjaga diri, meng up grade kualitas diri, meningkatkan keimanan dan senantiasa dilembutkan hatinya.

Jadikan hamba penghuni syurgaMu yang tertinggi, menjadi bagian dari si pemilik mata bening,berkulit kristal selembut sutera itu. Aamin Allahumma aamin….

Diorama hati

Pesonanya meruntuhkan pertahanan IZZAH

Terkadang menghembuskan angin kerinduan

Mengisyarakan harap di setiap bait-bait doa yang terjuntai

Entah bermula dari mana awalnya…..

1001 cara berusaha menampikkan semuanya

Ingin kuacuhkan, kubiarkan ia menjadi telaga kering tak bernyawa

Karena aku hanya ingin berkata

“Bahwa aku begitu mencintaiMU Illahi…”

Karena ku yakin tak ada apapun yang bisa menggantikanMu

Ampuni Rabb…

Untuk setiap khilaf hati, yang ternyata kuulangi dan kuulangi,

akan kubiarkan ia pergi bersama angin, bersama hujan dan bersama hilangnya gulita

Illahi,,,,Sungguh hanya Engkaulah Penyokong sejatiku

Jumat, 20 Juni 2008

Special MessAGE

Hari itu, jadwalku mengisi liqo di Mesjid Agung seperti biasanya, hari yang lelah memang. setelah sehari sebelumnya aku menemani anak-anak SDIT rihlah ke TMII. Belum lagi kondisi tubuh yang terkena flu. Plus ada tugas tambahan untuk ke MTQ, menjaga stand. Jadwal yang hampir bertabrakan dan mepet-mepet, sempat terfikir untuk mengganti jadwal saja,,, Tapi kalau mengingat wajah-wajah penuh cinta dari mutarobbiku, ah sungguh tak tega rasanya....
Dan Allah memang bagitu memahami hambaNya, saat-saat itu sepertinya aku mengalami stagnasi keimanan dan ‘hati yang sedang tak jelas tak tentu arah’, tiba-tiba saja di akhir acara salah seorang mutarobbiku memberi sebuah Bingkisan, surat cinta yang isinya kusadur seperti ini :

Sang pemberi peradaban
Yang laksana aliran sungai
Di tengah sahara yang terik
Memberi damai walau setitik

Teruntuk murrabiahku
Sang pendobrak zaman
Yang laksana laskar pemilik semesta alam
Yang tangannya merubah kami yang tak tahu
Menjadi tergugu karena malu
Karena kami masih jauh untuk tahu
Ajaran yang sungguh nikmat di kalbu

Teruntuk murrabiahku
Segores tinta untuk rasa yang ada di hati
Sepotong kata untuk membingkai cinta di jiwa
Karna engkau telah mengajarkan kami
Untuk selalu memaknai setiap makna
Agar hidup kami selalu bermakna

Terima kasih Murrabiahku

By : Jundiyahku,,,

Itulah sejatinya, telaga air yang kadang-kadang mengalir menyirami jiwa kita disaat jiwa kita memang membutuhkan itu , tak ada yang bisa membuat kita bahagia selain doa-doa, kalimat-kalimat cinta dari jundi-jundi, saudara-saudara kita yang begitu tulusnya mengalir begitu saja dari mulut-mulut mereka, senyum yang terkembang, itulah sejatinya’obat’ hati yang menggenag di selaksa jiwa. Terkadang ketika saya sedang lemah, tiba-tiba tersontak menjadi bergairah, semangat yang meletup-letup tatkala mendapat pesan singkat ‘teteh, saya begitu bangga, teteh kami cinta..., teteh hari ini kami,,,,dan seterusnya....
Rabb Engkau Maha Tahu, di saat kami lelah Engkau yang mengganti kelelahan itu, dengan caraMu, dengan anugerahmu semata...
Illahi...aku semakin cinta dengan jalan dakwahMu.
Takan surut walau selangkah, takkan henti walau sejenak, cita kami hidup mulia atau syahid mendapat syurga.....

“Banggalah” menjadi seorang pendidik

Mungkin ada sebagian dari kita yang berprofesi sebagai pendidik, entah sebagai guru, dosen, atau bahkan keduanya. Seperti saya misalnya....
Ada suatu hal yang kita harus sadari betul tentang titian pahala yang sedang diretas oleh seorang pendidik. Laju aliran amalannya, yang InsyaAllah tak akan pernah kering.
Ada hikmah yang patut kita petik, Rasulullah saw. Bersabda “seandainya kalian semuanya menginfakkan seluruh harta akalian atau bahkan kalian menginfakan gunung-gunung emas, maka kalian tidak akan mendapatkan kesamaan pahala dengan pahala-pahala yang telah dicapai oleh sahabat-sahabat beliau”
Apa rahasia di balik sabda ini?. Karena ada satu sumber pahala yang diperoleh seluruh sahabat itu, tidak akan pernah diperoleh oleh generasi sesudahnya, yaitu pahala karena mereka menjadi guru, menjadi guru bagi seluruh generasi yang datangs esudahnya. Setiap kita adalah murid bagi sahabat-sahabat nabi tersebut. Dan semua yang kita pelajari, lalu kita lakukan dapat mengalirkan pahala kepada mereka. Begitulah kiranya kalau kita aplikasikan ke peranan seorang pendidik, semua yang dipelajari oleh anak didiknya lalu anak didiknya lakukan, kemudian amalkan kepada orang lain, itulah aliran pahala yang tak akan pernah kering. Kebaikan yang kita ajarkan, kemudian mereka ajarkan lagi, ajarkan lagi, seperti MLM mungkin. InsyaAllah aliran pahalanya terus mengalir.
Pahala ketika kita menajdi teladan bagi yang lain, merupakan pahala amal jariah bagi kita semuanya. Para pendidik tidak pernah akan tahu berapa banyak pahala yang akan mengalir dari sumber ini setelah kita meninggal nanti, Allahu’alam Bisshowab...

Tentang..

Kepada siapa aku bertanya?tentang warna warni dunia.....
Tentang ilmu yang kadang sulit kujangkau..
Tak mungkin selalu, kulibatkan kawan-kawan masa laluku
Sekarang mereka di dunia yang berbeda
Kini.....
Aku berdiri di sini mencoba mencari-cari, menghampiri setiap yang kutemui
Aku bertanya kesana kemari, tak jelas tak tentu arah
Sesekali aku menemukan, guru-guru baruku
“Buku-buku” baru tambahan ilmuku
Tapi kenapa, mereka selalu berasal dari kaum adam
Duhai aisyah brilianku, khodijah tangguhku, Asma perkasaku, bersembunyi dimanakah kalian?di menara Bantenkah? Atau di tembok-tembok rapat bernama Institusi?
Aku yakin, yakin sekali kalian ada. Terlalu banyak malah.., Hanya saja aku belum menemukanmu

Jumat, 13 Juni 2008

Untukmu Ukhti....

Ini tentang cerita, perempuan,,,

Episode 1.
Di sebuah kampus negeri, seorang muslimah sebutlah namanya ukhti X aktif di beberapa kegiatan kampus.termasuk salah satu diantaranya himpunan jurusan. Menjabatlah ia disana sebagai orang nomor 2. detik, bulan berlalu yang dijalani hanya sebuah keenjoyan disana,karena ia menikmati "pekerjaannya", sekali waktu ia kadang juga harus mengantikan posisi "sang ketua", tapi tak masalah toh ia menikmati itu. Selain itu juga, teman-teman angkatannya yang notabenenya "berbeda" visi hidup sangat menyuportnya, ya mereka berkawan saling bekerja sama tanpa memandang perbedaan apapun. Namun tak pernah terlintas sedikitpun bahwa ternyata sang ukhti tersebut yang berada di komunitas "tidak biasanya" harus tersandung batu juga, hanya karena masalah sepele?masalah hati. hah apa pula ini pikirnya?
baginya semua yang dilalui, bekerja bersama-sama tanpa menorehkan apapun, hanya bekerja titik! bagi ukhti tersebut, mungkin ya! tapi terkadang ada beberapa hati yang tergores mungkin, hati yang berharap, karena cairnya pergaulan, entahlah... terkadang sang wanita merasa tak bersalah,,, merasa tak berbuat apapun?lantas dimana salahnya? ......(bersambung)

Ini episode kedua, di sebuah agenda pertemuan mahasiswa seluruh kader bangsa yang menamakan diri #2%$%%%,,,,,,,, diutuslah seorang perempuan mewakili kampusnya disana.Dan ketika ada sesuatu hal, seperti orasi , aksi pernyataan tampilah sang perempuan tersebut mewakili kampusnya, karena hanya ia sendiri satu-satunya utusan dari kampusnya. berbagai agenda dilalui, tak ada sedikit pun yang salah, atau ada sedikit keanehan fikirnya, atau mungkin"agak sedikit aneh" karena ia satu-satunya utusan perempuan waktu itu.berakhirlah pertemuan tersebut yang hanay amemakn waktu 2 hari. sampai saat ini masih tak ada yang salah,,,
sampai beberapa hari berlanjut, sang perempuan mendapat sms singkat isinya:
......., would you M.....d me?-------(tak bernama)
awalnya ia tak perduli, tapi karena sepertinya"sang pengirim meminta balasan" di jawablah dengan sangat "gualaknya" oleh sang perempuan. dan usut punya usut, sang pengirim sebetulnya hanya pernah melihat sang perempuan tersebut 1 kali, di pertemuan yang tadi saya sebutkan.. sungguh aneh dan luar biasa!(di luar kebiasaan maksudnya=)
walaupun akhirnya sang pengirim meminta maaf, tapi ini sudah menimbulkan catatan hati tersendiri tentang "kehati-hatian "bagi si perempuan,,,

Episode ketiga,
Seorang wanita yang saat itu masih kuliah, pernah berpartner dengan seorang laki-laki sebutlah namanya "mister aneh"dalam organisasi X. Selama dalam organisasi yang terjadi hanyalah seringnya terjadi perbedaan pendapat anatar 2 orang tersebut, debat, cekcok, dst . waktu berlalu amanah di organisasi pun tamat, dan salah satunya lulus lebih dahulu. Bahkan yang dirasakan wanita tersebut sampai saat itu tak ada apapun yang istimewa.sms pun hanya seputar organisasi ataupun tausiyah saat lebaran sampai akhirnya sang wanita mendapat sms yang isinya, (saya yakin perempuan manapun pasti akan berfikir macam -macam terhadap pengirimnya.)
pesan tersebut memang bukan dalam bahasa indonesia, tapi jika diartikan kurang lebih isinya seperti ini:
Dalam kerinduan, penantian yang tak kunjung berakhir...(bla bla)
dirimulah cahaya dalam gelap ....... (selebihnya begitulah,,,,)

Murkalah sang perempuan tersebut, tetapi sungguh aneh jawaban sang lelaki. Bahwa itu jangan diartikan macam-macam, itu hanyalah sepenggal kalimat ukhuwah, tak bermaksud apapun, BENARKAH?. ya sudahlah, tak usah lah diperpanjang..., ini berakhir fikirnya!

Episode keempat, kelima, keenam dan seterusnya....begitulah akhirnya,,,,,
Ternyata memang ada andil walaupun setitik dari kaum hawa, untuk menyulut bara jadi api. terkadang tanpa sadar,,,,, itulah kepekaan hati, itulah Iffah, muslimah! yang kadang kita betul-betul harus menjaganya.terkadang maksud hati bukan begitu, tetapi orang mengartikannya berbeda.Duhai hati... jaga selalu dirimu sayang...

Illahi,,,,
Hamba takkan sanggup berkaca pada khodijah, pada Aisyah, pada Asma,,,pada,,, ah,,,
Duhai malunya hati,,,pada mata, pada tangan pada indra yang terus saja berulang menikmati khilafnya
Duhai Gusti Rabb, Faghfirlanaa Ya Ghofar,,,, jika telah menorehkan sedikit serpihan-serpihan luka untuk hambaMu yang benar-benar ingin khusyu bermunajat padaMu.

Cinta Kami,,,

Betapa inginya kami agar umat ini mengetahui
Bahwa mereka lebih kami cintai daripada kami sendiri
Kami berbangga ketika jiwa-jiwa kami gugur
sebagai penebus bagi kehormatan mereka,
Jika memang tebusan itu yang diperlukan
Atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan, dan terwujudnya cita-cita mereka,
Jika memang itu harga yang harus dibayar

Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini
selain rasa cinta yang telah mengharu biru hati kami
Menguasai perasaan kami, memeras habis air mata kami
dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami
Betapa berat rasa di hati ketika kami menyaksikan bencana yang mencabik-cabik umat ini, sementara kita hanya sanggup menyerah pada kehinaan dan pasrah oleh keputusasaan.

Sungguh, kami berbuat di Jalan Allah untuk kemaslahatan seluruh umat manusia
Hanya Untuk Allah, juga bangsa yang kami cinta ini

Rabu, 11 Juni 2008

sebentar diam, sebentar pergi, sebentar beranjak,,
tapi aku ingin terus berlari...
mengejar ia yang takkan sanggup kukejar
hingga belalang pun mendekat dan berbisik,
bahwa ia cuma ilusi,,
hanya mimpi..
bangun wahai saudaraku!
inilah duniamu, dunia tawa yang sesungguhnya!
dedicated to my sister
i love u,,,

Selasa, 03 Juni 2008

My University Of Life

Sekolah adalah tempat kita meneguk ilmu, tempat kita belajar. Kiranya beruntunglah kita yang telah mengenyam pendidikan formal dari usia TK bahkan sampai ke perguruan tinggi. Sekolah ataupun universitas adalah institusi yang memang disiapkan sebagai tempat kita menggali ilmu, namun sejatinya tempat kita menggali ilmu bukanlah sebatas pada bangku-bangku formal tersebut. Justru di Universitas bernama kehidupanlah ilmu kita senantiasa berdiorama, meletup-letup, begerak gerak menyusup setiap neuron otak. Terlau banyak hal yang tidak bisa kita dapatkan di bangku sekolah/kuliah. Dan menjejaki setiap entitas kehidupan adalah sebuah mata kuliah yang tak tergantikan. Bertemu dengan orang-orang yang berbeda usia, kasta, pemikiran, suku, visi hidup, dst. Adalah sebuah pembelajaran. Pembelajaran yang begitu manis aduhai…

Allah memang begitu adil sempurnanya memperlakukan kita. Setiap jenak-jenak langkahnya selalu disiapkan agar kita senantiasa tidak berhenti belajar. Itulah pesona hakikat sebuah makna hidup yang saya nikmati betul khasanahnya. Dulu ketika saya baru saja kembali berafiliasi di kota kelahiran saya, rasa-rasanya yang saya rasakan semuanya adalah “konsep tidak ideal” . Hummm….awalnya agak berat, tapi bukan bermaksud mengeluh, saya fikir wajar saja jika di awal-awal kita mengalami hal tersebut. Tapi ternyata saya menemukan sesuatu yang lain, kawan! Ada ilmu yang saya dapatkan, struggle! Konsep tentang pertahanan…..

Itu baru satu buah paragraph ilmu yang saya dapat, Di bab mata kuliah lain misalnya. Saya di daulat untuk mengisi pengajian yang notabene pesertanya sudah berkeluarga.alias ibu-ibu, waduw!awalnya agak keder juga, karena saat itu baru beberapa bulan saja saya “mutasi mengaji”. Terlebih dengan tempat pengajian yang jauhnya berkilo-kilo meter pula. Yah inilah dakwah yang sesungguhnya, kawan! Ada kejadian yang mungkin akan saya ingat terus. Ternyata peserta pengajian tersebut ada beberapa yang dulunya aktivis kampus juga. Ketika sesi tanya jawab saya disodori pertanyaan tentang bagaimana bertahan di lingkungan yang benar benar berbeda, ketika kita ‘agak susah’ mendapatkan tsaqofah, ketika konsep ideal yang kita punya tidak bisa dilahirkan, dulu ketika di kampus begini dan begitu, tapi ketika dakwah di kampung halaman sendiri,,, berat rasanya….

Waw Luar Biasa, menusuk-nusuk ulu hati, mengena banget! Allah memang telah merencanakan semuanya begitu teratur, bayangkan! disaat saya mengalami hal yang sama, saya dituntut untuk memberikan jalan keluar, jujur saja sebetulnya saya pun ingin menanyakan itu pada “guru ngaji”, hanya saja saya masih mengendapkannya. Alhamdulillah,,,, kita sharing bareng, jawaban jawaban itu pun meluncur diplomatis dari si mulut, (Ya Allah jadikan apa-apa yang saya ucap adalah yang saya perbuat. Aamin) Karena hakekatnya itulah jawaban yang patut untuk saya kemukakan buat saya pribadi, saat itu seolah olah mutarobi saya yang sedang share, mengambil ilmu. Padahal sejatinya saya sendirilah yang banyak mengambil pelajaran darinya. Duh gusti Allah, maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?. Setiap detik yang saya lewati semakin banyak pulalah hutangku padaMU, tak sanggup aku membayar semuanya. Terima kasih Rabb.. atas setiap detik tambahan mata kuliah kehidupanMu…

Memang tak bisa dipungkiri di satu sisi ada beberapa degradasi ilmu yang saya alami,contoh konkritnya, pasca kuliah saya jarang sekali berdiskusi tentang masalah sosial, kebangsaan, politik, dst. Bahkan hampir tidak pernah. Berbeda sekali keadaannya ketika kita di kampus, teman-teman kita bisa diajak berdiskusi, juga dalam hal tsaqofah ibadah misalnya, dulu ketika kuliah saya ikut talaqi, sejatinya saya meneruskan itu sampai program tahfidz. Tapi sampai di kota kelahiran saya, karena fasilitasnya masih terbatas (walaupun ada program tahsin) tapi kelas untuk tahfidz talaqi belum ada, akan tetapi daripada ilmu yang sudah ada pada hilang, jadilah saya bersikukuh tetap ikut tahsin.walaupun materinya seperti mengulang….,secara kasat mata sepertinya ilmunya jadi stagnan, tapi lagi-lagi ini adalah mata kuliah ‘mentransfer ilmu’, boleh jadi ilmu teoritis yang saya dapat itu-itu saja, tapi Subhanallah ketika dulu saya hanya punya konsepan mendapatkan materi, di halaqoh tahsin ini saya dituntut untuk bisa mengajarkan juga..Saya fikir begitupun dengan konsepan ilmu-ilmu lain yang kita miliki, kita harus mampu menyalurkan energi itu, mentransfer ilmu.

Bab mata kuliah lain secara sadar saya dapatkan ketika bergelut dengan dunia anak-anak, menjadi “the Nanny” buat malaikat-malaikat kecilku, ke 6 keponakan ku tersayang. Kemudian rencana Allah juga yang mengharuskan aku bergelut dengan dunia ank-anak yang ebih luas, menjadi pendidik buat mereka, bahkan kemudian disetiap hari pertemuanku dengan orang-orang yang beragam pejabat perlente, orang-orang berkelas high, tukang sayur, tukang ojek, tukang mie ayam tetanggaku, ibu-ibu kompleks, bunga-bunga liar, kupu-kupu yang bersorak itulah hakikat universitas kehidupanku yang sesungguhnya. Rabb,,, semakin mendesir-desir kekagumanku padaMu, tentang entitas sebuah kebermaknaan hidup. Tentang Universitas bernama kehidupan.

Negeri di atas awan Awan

Negeri itu bernama Awan……

Negeri yang penuh damai, Tak ada aksi-aksi anarkis disana, pun lagi penyerangan oleh sekelompok orang karena tak puas akan kebijakan pemerintah.

Adil dan sejahtera rakyatnya, tak perlu ada BLT yang mengajarkan rakyatnya untuk menengadah tangan

Makmur bahagia, tak perlu pusing dengan kenaikan minyak dunia karena ketersediaan minyak yang begitu melimpah, apalagi pusing-pusing dengan kebijakan hemat energi sehingga Tak perlu ada pemadaman listrik yang begitu saja “byar pet” PLN gulirkan

Negeri itu sentosa, sehat selalu tak ada korban yang terus bertambah karena Avian Influenza sehingga menteri kesehatan nya pun tak perlu repot-repot untuk membuat buku

Negeri itu diberkahi karena pemimpin-pemimpinnya adalah pemimpin yang adil, tak terlibat KKN juga tak masuk dalam investigasi KPK apatah lagi terlibat “skandal” gelap sehingga tak perlu merepotkan BK DPR

Negeri itu berkecukupan, tak perlu ada skandal BLBI yang melibatkan pejabat-pejabat elite “Bank Awan”, tak perlu juga ada bantuan dana ke “Anggota Dewan Terhormat Negeri awannya”.

Ah..negeri itu indahnya…jalan yang berwarna-warni, tak ada sampah, got yang kotor, hanya terlihat kupu-kupu berwarna warni terlihat berkejaran di sepanjang jalannya,,,

Di ruas-ruas jalnnya Tak terlihat ada pengamen, anak-anak jalanan, pengemis… semuanya sudah ditampung oleh Negeri awan.

Tak ada jabatan pengangguran yang melimpah, tak ada,,,,,,tak ada,,,, ah terlalu naif rasanya jika kita bermimpi seperti itu, bermimpi di siang bolong. kita hanya perlu bekontribusi karena hidup adalah sebuah dedikasi dan kontribusi, kawan!

"lebih baik menyalakan lilin daripada merutuki kegelapan" bangkit negeriku, harapan itu masih ada!

Al Haya (malu)

Subhanalllah..

Langit-langit itu terhampar biru indahnya

Sore ini, aku juga melihat kerlingan hangat sang jingga. Sepertinya dia mengajakkku tersenyum, merangkai rangkai kata…duhai indahnya pesona alam…….

Terkadang, jika kita tak sanggup menatap kebesaranNYA, kita lupa dengan begitu banyak nikmat yang menumpuk-numpuk yang telah Allah berikan

Aih…. begitu malunya aku, Allah masih saja melimpahkan begitu banyak kasih sayangNya, nikmat, pertolongan, kemudahan, izzah..bahkan disaat aku begitu lalainya, khilaf yang menjadi-jadi,

Rabb..aku begitu malu padaMu

Ketika mata sudah terlalu sering melihat yang bukan haknya

Ketika hati terseret-seret dalam jutaan penyakitnya

Ketika mulut yang tak selalu berdzikir padaMu

Ketika otak, telinga, tangan, kaki,jantung dan ah…semua anggota tubuh ini berada dalam khilaf yang begitu sempurna……..

Tapi Engkau, penggenggam jiwaku masih saja memberikan aku tangan-tangan perkasaMu, menguatkanku di saat lemah, mengokohkan ruas-ruas jalan yang aku buat

Illahi…aku begitu malu padaMu, takkan sangggup aku mengganti semuanya.

Minggu, 01 Juni 2008

Bismillah....

bermimpilah... maka berkatyalah! dan Allah akan mengalir, mendiaspora di setiap urat nadi mimpi-mimpimu. (hak cipta :asmainme@yahoo.com)

huph!lagi kelelahan tertatih tatih berjalan nih, menggapai gapai makna untuk sebuah entitas kehidupan,,, untuk selanjutnya mencoba merajut senoktahdemi senoktah hitam titian ke Syurga...
wah indah bener ya kalo bisa syahid. aamin allahumma aamin ya Rabb