Kamis, 21 Agustus 2008

Abahku tersayang

Saya memandangi sesosok laki-laki yang sedang tertidur pulas itu haru,,,
Ah rambutnya sudah hampir memutih semua, gurat-gurat letih sudah semakin jelas terlihat, keriput tuanya juga sudah berdesak-desakan satu persatu mencoba keluar,, Tapi jujur saya katakan laki-laki itu masih tampak sangat gagah, setidaknya dimata saya, anak-anaknya dan yang pasti bagi ibuku.

Bagi saya, abah memang pahlawan gagah perkasa, maklum di rumah kami(yang dulu ketika kami anak-anaknya masih kecil-kecil, sangat ramai sekali. 8 orang nyawa atau kadang-kadang 9, beserta khadimah) hanya ada 2 orang laki-laki. Yang pertama Abahku, dan yang kedua adik bungsu kami.Jadi karena adikku masih sangat kecil, jelas abahkulah yang paling gagah,
Tapi Sekarang rumah kami, yang menurut saya tidak berukuran kecil, terasa sangat sepi... hampir semua anak-anaknya tidak tinggal di rumah, jadilah tinggal kedua orangtua kami. menikmati masa tuanya,,,

Saya kembali menekuri wajah abah yang sedang tertidur di ruang tivi, jarang-jarang saya punya kesempatan begini, ada keharuan yang menjalar...Ah,, sosok laki-laki itu, yang sampai sekarang ini pun masih bekerja sekuat tenaga demi membahagiakan keluarganya, saya begitu malu sebetulnya, di saat usia abah yang sudah hampir sepuh, saya belum mampu membahagiakannya, bahkan seringnya rasa kecewalah  yang saya hadiahkan untuk Abahku tersayang,,

Kebanyakan orang-orang di saat pensiun, menghabiskan waktunya untuk menikmati usia lanjutnya, tapi tidak demikian dengan "bapakku", setelah ia pensiun dari pekerjaannya, Abah malah masih sempat berbisnis, itu semua beliau lakukan karena memang saya masih punya adik yang mesti dibiayai kuliahnya, belum lagi tuntutan ini dan itu. Itulah yang membuat saya begitu malu, harusnya sayalah yang menanggung beban itu, ternyata saya pun kadang-kadang masih menjadi tanggungan,,

Abahku tersayang..
sosoknya memang tidak sejati sempurnanya seorang ayah, tapi ditangannyalah kami ank-anaknya  diajarkan kegigihan, kesabaran dan kebersahajaan, Ditangannyalah saya dituntunnya mengaji, belajar quran dari huruf-huruf hijaiyah sampai aku bisa hafal-menghafal surat surat pendek. ditanganyalah juga (beserta ibuku) saya belajar baca tulis, al hasil tanpa Tk pun ketika masuk SD saya sudah bisa hitung mengitung dan baca tulis( ah,,, ini bukan bermaksud ujub)

Abahku tersayang...
laki-laki sepuh itu, memang sudah saatnya menikmati masa "sepuhnya"
maafkan anakmu yang belum bisa memberi tetesan  bahagia untuk senyummu
Abahku tersayang ...
masih lekat di otakku, kenanganku semasa kecil dulu.. selalu ada hadiah juga senyum terkembang  untuk kami yang meraih juara. masih terekam jelas juga bagaimana kebiasaan saya sebelum tidur yang selalu meminta ditemani abah dahulu, untuk sekedar mengelus elus pungung, jika tanpa elusan tangan abah, rasa-rasanya saya tak bisa tidur..
Abahku tersayang...
dengan jalan apa, saya bisa menebus semua kesalahan itu?
Rabb... ampuni hamba yang selalu penuh khilaf, menyia nyiakannya...
Allahummaghfirli Dzunubi waliwalidaya warhamhumma kamaa Robbayani Shogiroo

Tidak ada komentar: