Selasa, 26 Agustus 2008

Guruku, muridku

Pagi ini saya memulai aktifitas dengan perasaan yang masih diliputi ketidaknyamanan atas kejadian kemarin siang disekolah. Tapi, toh saya sudah menyerahkan semuanya pada Allah, lagipula sedikit beban itu sudah sedikit menggelepar atas munajat ku dini hari tadi. Bismillah saja…, dan saya berusaha datang ke sekolah sepagi mungkin. Menghilangkan sedikit duka dengan mengumbar senyum ke anak-anak dan beberapa wali murid yang telah tiba lebih dahulu disekolah, Obat yang mujarab ternyata. Buktinya sekarang perasaanku sudah sedikit nyaman, Alhamdulillah…. Tapi ups,saya tengok di sudut luar kelas ada saah satu murid saya Gilang Rifky yang sedang tersedu-sedu, hummm pemandangan yang hampir tiap hari disuguhkan buat guru-guru kelas 1, tangisan anak-anak. (wah, pagi-pagi begini aku sudah harus berjuang fikirku). Bismillah ya Allah, beri hamba kekuatan…

Saya hampiri Gilang, saya berikan senyuman termanis(hehe) dan mendekapnya. Mencoba membujuknya untuk masuk ke kelas dan mengalihkan kesedihannya yang usut punya usut karena ditinggal “sang papah yang mengantar”. Sengaja saya berbicara ngalor ngidul demi mengalihkan kesedihannya. Dari menanyakan warna sepatu, kenapa ini dan itu. Alhamdulillah… tangisnya reda, dan mau masuk ke kelas. Terima kasih Rabb..

Sebetulnya hari ini saya tidak ada jadwal mengajar di SDIT, bahkan jam 10 nanti saya mengajar di Sekolah Tinggi Teknologi BAJA. Tapi saya fikir, dari jam 7 ini sampai kira-kira jam 9.30 nanti saya masih cukup waktu untuk menemani anak-anak kelas 1 Madinah. Jam pertama pun dimulai, anak-anak memulai pelajaran “Menulis Halus”, yang digawangi oleh Bu Neneng. Saya mencoba membantu Bu Neneng, mengkondisikan anak-anak yang di kelas 1 Madinah ini, rata rata susah sekali untuk belajar. Mereka memang bukan anak yang bodoh,saya yakin itu. Hanya perlu penanganan ekstra saja. Kebanyakan anak-anak ini, belum mau mebaca dan menulis, maka dari tugas saya adalah “bagaimana memantik” semangat mereka. Bukan pekerjaan yang mudah, tentu saja.

Saya pun sudah hafal dengan karakter masing-masing, sepeti Bimo, Miki, Azam,Kholis, dan beberapa lainnya yang sampai 10 menit pelajaran berlangsung pun, sekedar mengeluarkan buku saja tidak. Saya dekati satu persatu mengajaknya “bercanda”, dan mengeluarkan buku-buku mereka. Sekali lagi, bantu hamba ya Allah…

Entah kenapa, hari ini saya merasa begitu bahagianya, anak-anak itu sejatinya merekalah pendidik saya. saya mersa menag!, ya.. melihat senyum anak-anak dan gelak jenakanya sambil mengukir ngukir pensilnya diatas kertas itulah yang membuat saya merasa menang. Terasa hilang lenyap sudah tangis ku semalam, tersapu oleh terkekeh kekehnya Suara miki karena mendapat nilai 100, ikut hanyut rinai air mata ku semalam bersama sorak sorainya Bimo,Azam, dan”anak-anakku” yang lain. Bahkan saya sempat menciumi anak-anak itu (ups! Sedikit saja mereka tumbuh, jelas ini hal yang tak boleh saya lakukan^-^)

Pagi itu setelah merampungkan dhuha, saya berangkat mengajar ke kampus dgn hati terasa ringan, Alhamdulilah…

Tidak ada komentar: