Jumat, 20 Juni 2008
Special MessAGE
Dan Allah memang bagitu memahami hambaNya, saat-saat itu sepertinya aku mengalami stagnasi keimanan dan ‘hati yang sedang tak jelas tak tentu arah’, tiba-tiba saja di akhir acara salah seorang mutarobbiku memberi sebuah Bingkisan, surat cinta yang isinya kusadur seperti ini :
Sang pemberi peradaban
Yang laksana aliran sungai
Di tengah sahara yang terik
Memberi damai walau setitik
Teruntuk murrabiahku
Sang pendobrak zaman
Yang laksana laskar pemilik semesta alam
Yang tangannya merubah kami yang tak tahu
Menjadi tergugu karena malu
Karena kami masih jauh untuk tahu
Ajaran yang sungguh nikmat di kalbu
Teruntuk murrabiahku
Segores tinta untuk rasa yang ada di hati
Sepotong kata untuk membingkai cinta di jiwa
Karna engkau telah mengajarkan kami
Untuk selalu memaknai setiap makna
Agar hidup kami selalu bermakna
Terima kasih Murrabiahku
By : Jundiyahku,,,
Itulah sejatinya, telaga air yang kadang-kadang mengalir menyirami jiwa kita disaat jiwa kita memang membutuhkan itu , tak ada yang bisa membuat kita bahagia selain doa-doa, kalimat-kalimat cinta dari jundi-jundi, saudara-saudara kita yang begitu tulusnya mengalir begitu saja dari mulut-mulut mereka, senyum yang terkembang, itulah sejatinya’obat’ hati yang menggenag di selaksa jiwa. Terkadang ketika saya sedang lemah, tiba-tiba tersontak menjadi bergairah, semangat yang meletup-letup tatkala mendapat pesan singkat ‘teteh, saya begitu bangga, teteh kami cinta..., teteh hari ini kami,,,,dan seterusnya....
Rabb Engkau Maha Tahu, di saat kami lelah Engkau yang mengganti kelelahan itu, dengan caraMu, dengan anugerahmu semata...
Illahi...aku semakin cinta dengan jalan dakwahMu.
Takan surut walau selangkah, takkan henti walau sejenak, cita kami hidup mulia atau syahid mendapat syurga.....
“Banggalah” menjadi seorang pendidik
Ada suatu hal yang kita harus sadari betul tentang titian pahala yang sedang diretas oleh seorang pendidik. Laju aliran amalannya, yang InsyaAllah tak akan pernah kering.
Ada hikmah yang patut kita petik, Rasulullah saw. Bersabda “seandainya kalian semuanya menginfakkan seluruh harta akalian atau bahkan kalian menginfakan gunung-gunung emas, maka kalian tidak akan mendapatkan kesamaan pahala dengan pahala-pahala yang telah dicapai oleh sahabat-sahabat beliau”
Apa rahasia di balik sabda ini?. Karena ada satu sumber pahala yang diperoleh seluruh sahabat itu, tidak akan pernah diperoleh oleh generasi sesudahnya, yaitu pahala karena mereka menjadi guru, menjadi guru bagi seluruh generasi yang datangs esudahnya. Setiap kita adalah murid bagi sahabat-sahabat nabi tersebut. Dan semua yang kita pelajari, lalu kita lakukan dapat mengalirkan pahala kepada mereka. Begitulah kiranya kalau kita aplikasikan ke peranan seorang pendidik, semua yang dipelajari oleh anak didiknya lalu anak didiknya lakukan, kemudian amalkan kepada orang lain, itulah aliran pahala yang tak akan pernah kering. Kebaikan yang kita ajarkan, kemudian mereka ajarkan lagi, ajarkan lagi, seperti MLM mungkin. InsyaAllah aliran pahalanya terus mengalir.
Pahala ketika kita menajdi teladan bagi yang lain, merupakan pahala amal jariah bagi kita semuanya. Para pendidik tidak pernah akan tahu berapa banyak pahala yang akan mengalir dari sumber ini setelah kita meninggal nanti, Allahu’alam Bisshowab...
Tentang..
Tentang ilmu yang kadang sulit kujangkau..
Tak mungkin selalu, kulibatkan kawan-kawan masa laluku
Sekarang mereka di dunia yang berbeda
Kini.....
Aku berdiri di sini mencoba mencari-cari, menghampiri setiap yang kutemui
Aku bertanya kesana kemari, tak jelas tak tentu arah
Sesekali aku menemukan, guru-guru baruku
“Buku-buku” baru tambahan ilmuku
Tapi kenapa, mereka selalu berasal dari kaum adam
Duhai aisyah brilianku, khodijah tangguhku, Asma perkasaku, bersembunyi dimanakah kalian?di menara Bantenkah? Atau di tembok-tembok rapat bernama Institusi?
Aku yakin, yakin sekali kalian ada. Terlalu banyak malah.., Hanya saja aku belum menemukanmu
Jumat, 13 Juni 2008
Untukmu Ukhti....
Episode 1.
Di sebuah kampus negeri, seorang muslimah sebutlah namanya ukhti X aktif di beberapa kegiatan kampus.termasuk salah satu diantaranya himpunan jurusan. Menjabatlah ia disana sebagai orang nomor 2. detik, bulan berlalu yang dijalani hanya sebuah keenjoyan disana,karena ia menikmati "pekerjaannya", sekali waktu ia kadang juga harus mengantikan posisi "sang ketua", tapi tak masalah toh ia menikmati itu. Selain itu juga, teman-teman angkatannya yang notabenenya "berbeda" visi hidup sangat menyuportnya, ya mereka berkawan saling bekerja sama tanpa memandang perbedaan apapun. Namun tak pernah terlintas sedikitpun bahwa ternyata sang ukhti tersebut yang berada di komunitas "tidak biasanya" harus tersandung batu juga, hanya karena masalah sepele?masalah hati. hah apa pula ini pikirnya?
baginya semua yang dilalui, bekerja bersama-sama tanpa menorehkan apapun, hanya bekerja titik! bagi ukhti tersebut, mungkin ya! tapi terkadang ada beberapa hati yang tergores mungkin, hati yang berharap, karena cairnya pergaulan, entahlah... terkadang sang wanita merasa tak bersalah,,, merasa tak berbuat apapun?lantas dimana salahnya? ......(bersambung)
Ini episode kedua, di sebuah agenda pertemuan mahasiswa seluruh kader bangsa yang menamakan diri #2%$%%%,,,,,,,, diutuslah seorang perempuan mewakili kampusnya disana.Dan ketika ada sesuatu hal, seperti orasi , aksi pernyataan tampilah sang perempuan tersebut mewakili kampusnya, karena hanya ia sendiri satu-satunya utusan dari kampusnya. berbagai agenda dilalui, tak ada sedikit pun yang salah, atau ada sedikit keanehan fikirnya, atau mungkin"agak sedikit aneh" karena ia satu-satunya utusan perempuan waktu itu.berakhirlah pertemuan tersebut yang hanay amemakn waktu 2 hari. sampai saat ini masih tak ada yang salah,,,
sampai beberapa hari berlanjut, sang perempuan mendapat sms singkat isinya:
......., would you M.....d me?-------(tak bernama)
awalnya ia tak perduli, tapi karena sepertinya"sang pengirim meminta balasan" di jawablah dengan sangat "gualaknya" oleh sang perempuan. dan usut punya usut, sang pengirim sebetulnya hanya pernah melihat sang perempuan tersebut 1 kali, di pertemuan yang tadi saya sebutkan.. sungguh aneh dan luar biasa!(di luar kebiasaan maksudnya=)
walaupun akhirnya sang pengirim meminta maaf, tapi ini sudah menimbulkan catatan hati tersendiri tentang "kehati-hatian "bagi si perempuan,,,
Episode ketiga,
Seorang wanita yang saat itu masih kuliah, pernah berpartner dengan seorang laki-laki sebutlah namanya "mister aneh"dalam organisasi X. Selama dalam organisasi yang terjadi hanyalah seringnya terjadi perbedaan pendapat anatar 2 orang tersebut, debat, cekcok, dst . waktu berlalu amanah di organisasi pun tamat, dan salah satunya lulus lebih dahulu. Bahkan yang dirasakan wanita tersebut sampai saat itu tak ada apapun yang istimewa.sms pun hanya seputar organisasi ataupun tausiyah saat lebaran sampai akhirnya sang wanita mendapat sms yang isinya, (saya yakin perempuan manapun pasti akan berfikir macam -macam terhadap pengirimnya.)
pesan tersebut memang bukan dalam bahasa indonesia, tapi jika diartikan kurang lebih isinya seperti ini:
Dalam kerinduan, penantian yang tak kunjung berakhir...(bla bla)
dirimulah cahaya dalam gelap ....... (selebihnya begitulah,,,,)
Murkalah sang perempuan tersebut, tetapi sungguh aneh jawaban sang lelaki. Bahwa itu jangan diartikan macam-macam, itu hanyalah sepenggal kalimat ukhuwah, tak bermaksud apapun, BENARKAH?. ya sudahlah, tak usah lah diperpanjang..., ini berakhir fikirnya!
Episode keempat, kelima, keenam dan seterusnya....begitulah akhirnya,,,,,
Ternyata memang ada andil walaupun setitik dari kaum hawa, untuk menyulut bara jadi api. terkadang tanpa sadar,,,,, itulah kepekaan hati, itulah Iffah, muslimah! yang kadang kita betul-betul harus menjaganya.terkadang maksud hati bukan begitu, tetapi orang mengartikannya berbeda.Duhai hati... jaga selalu dirimu sayang...
Illahi,,,,
Hamba takkan sanggup berkaca pada khodijah, pada Aisyah, pada Asma,,,pada,,, ah,,,
Duhai malunya hati,,,pada mata, pada tangan pada indra yang terus saja berulang menikmati khilafnya
Duhai Gusti Rabb, Faghfirlanaa Ya Ghofar,,,, jika telah menorehkan sedikit serpihan-serpihan luka untuk hambaMu yang benar-benar ingin khusyu bermunajat padaMu.
Cinta Kami,,,
Bahwa mereka lebih kami cintai daripada kami sendiri
Kami berbangga ketika jiwa-jiwa kami gugur
sebagai penebus bagi kehormatan mereka,
Jika memang tebusan itu yang diperlukan
Atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan, dan terwujudnya cita-cita mereka,
Jika memang itu harga yang harus dibayar
Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini
selain rasa cinta yang telah mengharu biru hati kami
Menguasai perasaan kami, memeras habis air mata kami
dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami
Betapa berat rasa di hati ketika kami menyaksikan bencana yang mencabik-cabik umat ini, sementara kita hanya sanggup menyerah pada kehinaan dan pasrah oleh keputusasaan.
Sungguh, kami berbuat di Jalan Allah untuk kemaslahatan seluruh umat manusia
Hanya Untuk Allah, juga bangsa yang kami cinta ini
Rabu, 11 Juni 2008
Selasa, 03 Juni 2008
My University Of Life
Sekolah adalah tempat kita meneguk ilmu, tempat kita belajar. Kiranya beruntunglah kita yang telah mengenyam pendidikan formal dari usia TK bahkan sampai ke perguruan tinggi. Sekolah ataupun universitas adalah institusi yang memang disiapkan sebagai tempat kita menggali ilmu, namun sejatinya tempat kita menggali ilmu bukanlah sebatas pada bangku-bangku formal tersebut. Justru di Universitas bernama kehidupanlah ilmu kita senantiasa berdiorama, meletup-letup, begerak gerak menyusup setiap neuron otak. Terlau banyak hal yang tidak bisa kita dapatkan di bangku sekolah/kuliah. Dan menjejaki setiap entitas kehidupan adalah sebuah mata kuliah yang tak tergantikan. Bertemu dengan orang-orang yang berbeda usia, kasta, pemikiran, suku, visi hidup, dst. Adalah sebuah pembelajaran. Pembelajaran yang begitu manis aduhai…
Allah memang begitu adil sempurnanya memperlakukan kita. Setiap jenak-jenak langkahnya selalu disiapkan agar kita senantiasa tidak berhenti belajar. Itulah pesona hakikat sebuah makna hidup yang saya nikmati betul khasanahnya. Dulu ketika saya baru saja kembali berafiliasi di kota kelahiran saya, rasa-rasanya yang saya rasakan semuanya adalah “konsep tidak ideal” . Hummm….awalnya agak berat, tapi bukan bermaksud mengeluh, saya fikir wajar saja jika di awal-awal kita mengalami hal tersebut. Tapi ternyata saya menemukan sesuatu yang lain, kawan! Ada ilmu yang saya dapatkan, struggle! Konsep tentang pertahanan…..
Itu baru satu buah paragraph ilmu yang saya dapat, Di bab mata kuliah lain misalnya. Saya di daulat untuk mengisi pengajian yang notabene pesertanya sudah berkeluarga.alias ibu-ibu, waduw!awalnya agak keder juga, karena saat itu baru beberapa bulan saja saya “mutasi mengaji”. Terlebih dengan tempat pengajian yang jauhnya berkilo-kilo meter pula. Yah inilah dakwah yang sesungguhnya, kawan! Ada kejadian yang mungkin akan saya ingat terus. Ternyata peserta pengajian tersebut ada beberapa yang dulunya aktivis kampus juga. Ketika sesi tanya jawab saya disodori pertanyaan tentang bagaimana bertahan di lingkungan yang benar benar berbeda, ketika kita ‘agak susah’ mendapatkan tsaqofah, ketika konsep ideal yang kita punya tidak bisa dilahirkan, dulu ketika di kampus begini dan begitu, tapi ketika dakwah di kampung halaman sendiri,,, berat rasanya….
Waw Luar Biasa, menusuk-nusuk ulu hati, mengena banget! Allah memang telah merencanakan semuanya begitu teratur, bayangkan! disaat saya mengalami hal yang sama, saya dituntut untuk memberikan jalan keluar, jujur saja sebetulnya saya pun ingin menanyakan itu pada “guru ngaji”, hanya saja saya masih mengendapkannya. Alhamdulillah,,,, kita sharing bareng, jawaban jawaban itu pun meluncur diplomatis dari si mulut, (Ya Allah jadikan apa-apa yang saya ucap adalah yang saya perbuat. Aamin) Karena hakekatnya itulah jawaban yang patut untuk saya kemukakan buat saya pribadi, saat itu seolah olah mutarobi saya yang sedang share, mengambil ilmu. Padahal sejatinya saya sendirilah yang banyak mengambil pelajaran darinya. Duh gusti Allah, maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?. Setiap detik yang saya lewati semakin banyak pulalah hutangku padaMU, tak sanggup aku membayar semuanya. Terima kasih Rabb.. atas setiap detik tambahan mata kuliah kehidupanMu…
Memang tak bisa dipungkiri di satu sisi ada beberapa degradasi ilmu yang saya alami,contoh konkritnya, pasca kuliah saya jarang sekali berdiskusi tentang masalah sosial, kebangsaan, politik, dst. Bahkan hampir tidak pernah. Berbeda sekali keadaannya ketika kita di kampus, teman-teman kita bisa diajak berdiskusi, juga dalam hal tsaqofah ibadah misalnya, dulu ketika kuliah saya ikut talaqi, sejatinya saya meneruskan itu sampai program tahfidz. Tapi sampai di kota kelahiran saya, karena fasilitasnya masih terbatas (walaupun ada program tahsin) tapi kelas untuk tahfidz talaqi belum ada, akan tetapi daripada ilmu yang sudah ada pada hilang, jadilah saya bersikukuh tetap ikut tahsin.walaupun materinya seperti mengulang….,secara kasat mata sepertinya ilmunya jadi stagnan, tapi lagi-lagi ini adalah mata kuliah ‘mentransfer ilmu’, boleh jadi ilmu teoritis yang saya dapat itu-itu saja, tapi Subhanallah ketika dulu saya hanya punya konsepan mendapatkan materi, di halaqoh tahsin ini saya dituntut untuk bisa mengajarkan juga..Saya fikir begitupun dengan konsepan ilmu-ilmu lain yang kita miliki, kita harus mampu menyalurkan energi itu, mentransfer ilmu.
Bab mata kuliah lain secara sadar saya dapatkan ketika bergelut dengan dunia anak-anak, menjadi “the Nanny” buat malaikat-malaikat kecilku, ke 6 keponakan ku tersayang. Kemudian rencana Allah juga yang mengharuskan aku bergelut dengan dunia ank-anak yang ebih luas, menjadi pendidik buat mereka, bahkan kemudian disetiap hari pertemuanku dengan orang-orang yang beragam pejabat perlente, orang-orang berkelas high, tukang sayur, tukang ojek, tukang mie ayam tetanggaku, ibu-ibu kompleks, bunga-bunga liar, kupu-kupu yang bersorak itulah hakikat universitas kehidupanku yang sesungguhnya. Rabb,,, semakin mendesir-desir kekagumanku padaMu, tentang entitas sebuah kebermaknaan hidup. Tentang Universitas bernama kehidupan.
Negeri di atas awan Awan
Negeri itu bernama Awan……
Negeri yang penuh damai, Tak ada aksi-aksi anarkis disana, pun lagi penyerangan oleh sekelompok orang karena tak puas akan kebijakan pemerintah.
Adil dan sejahtera rakyatnya, tak perlu ada BLT yang mengajarkan rakyatnya untuk menengadah tangan
Makmur bahagia, tak perlu pusing dengan kenaikan minyak dunia karena ketersediaan minyak yang begitu melimpah, apalagi pusing-pusing dengan kebijakan hemat energi sehingga Tak perlu ada pemadaman listrik yang begitu saja “byar pet” PLN gulirkan
Negeri itu sentosa, sehat selalu tak ada korban yang terus bertambah karena Avian Influenza sehingga menteri kesehatan nya pun tak perlu repot-repot untuk membuat buku
Negeri itu diberkahi karena pemimpin-pemimpinnya adalah pemimpin yang adil, tak terlibat KKN juga tak masuk dalam investigasi KPK apatah lagi terlibat “skandal” gelap sehingga tak perlu merepotkan BK DPR
Negeri itu berkecukupan, tak perlu ada skandal BLBI yang melibatkan pejabat-pejabat elite “Bank Awan”, tak perlu juga ada bantuan dana ke “Anggota Dewan Terhormat Negeri awannya”.
Ah..negeri itu indahnya…jalan yang berwarna-warni, tak ada sampah, got yang kotor, hanya terlihat kupu-kupu berwarna warni terlihat berkejaran di sepanjang jalannya,,,
Di ruas-ruas jalnnya Tak terlihat ada pengamen, anak-anak jalanan, pengemis… semuanya sudah ditampung oleh Negeri awan.
Tak ada jabatan pengangguran yang melimpah, tak ada,,,,,,tak ada,,,, ah terlalu naif rasanya jika kita bermimpi seperti itu, bermimpi di siang bolong. kita hanya perlu bekontribusi karena hidup adalah sebuah dedikasi dan kontribusi, kawan!
"lebih baik menyalakan lilin daripada merutuki kegelapan" bangkit negeriku, harapan itu masih ada!
Al Haya (malu)
Subhanalllah..
Langit-langit itu terhampar biru indahnya
Sore ini, aku juga melihat kerlingan hangat sang jingga. Sepertinya dia mengajakkku tersenyum, merangkai rangkai kata…duhai indahnya pesona alam…….
Terkadang, jika kita tak sanggup menatap kebesaranNYA, kita lupa dengan begitu banyak nikmat yang menumpuk-numpuk yang telah Allah berikan
Aih…. begitu malunya aku, Allah masih saja melimpahkan begitu banyak kasih sayangNya, nikmat, pertolongan, kemudahan, izzah..bahkan disaat aku begitu lalainya, khilaf yang menjadi-jadi,
Rabb..aku begitu malu padaMu
Ketika mata sudah terlalu sering melihat yang bukan haknya
Ketika hati terseret-seret dalam jutaan penyakitnya
Ketika mulut yang tak selalu berdzikir padaMu
Ketika otak, telinga, tangan, kaki,jantung dan ah…semua anggota tubuh ini berada dalam khilaf yang begitu sempurna……..
Tapi Engkau, penggenggam jiwaku masih saja memberikan aku tangan-tangan perkasaMu, menguatkanku di saat lemah, mengokohkan ruas-ruas jalan yang aku buat
Illahi…aku begitu malu padaMu, takkan sangggup aku mengganti semuanya.
Minggu, 01 Juni 2008
Bismillah....
huph!lagi kelelahan tertatih tatih berjalan nih, menggapai gapai makna untuk sebuah entitas kehidupan,,, untuk selanjutnya mencoba merajut senoktahdemi senoktah hitam titian ke Syurga...
wah indah bener ya kalo bisa syahid. aamin allahumma aamin ya Rabb